Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sektor properti dinilai masih memiliki prospek yang menarik sepanjang sisa tahun ini. Program insentif pajak pertambahan nilai (PPN) dari pemerintah, proses pemulihan ekonomi, hingga kebijakan moneter yang ekspansif akan mendorong prapenjualan emiten properti pada tahun ini.
Analis BNI Sekuritas Aurellia Setiabudi dalam risetnya pada 14 Juni menuliskan, prapenjualan emiten properti pada kuartal II-2021 akan tumbuh hingga 129% secara year on year (yoy). Hanya saja, jika secara kuartalan, ia memproyeksikan masih akan melambat 16%. Penjualan utama masih akan didominasi dari penjualan properti ready stock.
“Kuatnya penjualan pada kuartal II-2021 tidak terlepas dari para pembeli yang masih diuntungkan oleh adanya relaksasi PPN. Bahkan, antusiasme pembelian properti ini masih akan terus berlanjut hingga berakhirnya insentif tersebut pada 31 Agustus mendatang,” tulis Aurellia dalam risetnya.
Dengan masih kuatnya prapenjualan dari emiten properti sejauh ini, Aurellia mengekspektasikan, pada paruh pertama tahun ini para pengembang bisa membukukan prapenjualan setidaknya 50% dari target prapenjualan mereka di 2021.
Baca Juga: Kinerja indeks properti paling buruk, harga saham sudah cerminkan dorongan insentif
Sementara itu, data awal dari Bank Indonesia (BI) menunjukkan pertumbuhan pinjaman Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) masih terjadi. Di mana pada April berada di level 4,5% atau naik dari posisi Maret yang sebesar 4,3%.
Aurellia mengatakan, secara year to date, segmen KPR merupakan segmen kredit dengan kinerja terbaik sementara segmen lainnya masih berjuang untuk membukukan pertumbuhan positif. Hal tersebut juga menggambarkan bank lebih berselera dalam memberikan pinjaman KPR dibanding segmen pinjaman lainnya.
Jika melihat tingkat inflasi pada Mei yang berada di 1,68% dan rasio loan to deposit (LDR) pada Maret berada di level 80,9% yang artinya masih rendah, Aurellia optimistis perbankan masih akan mempertahankan suku bunga kredit untuk mendorong pertumbuhan kredit yang positif di tahun 12 bulan berikutnya.
“Hal tersebut akan menjadi katalis positif untuk prapenjualan properti karena pembayaran KPR berkontribusi sekitar 50% dari total transaksi prapenjualan properti. Dengan para pengembang yang lebih banyak meluncurkan produk baru pada paruh kedua tahun ini, kami memperkirakan pertumbuhan prapenjualan secara agregat bisa mencapai 15% pada tahun ini,” imbuh Aurellia.
Dus, Aurellia menilai prospek sektor properti Indonesia masih sehingga memberi rating overweight untuk sektor ini. Hal ini didorong oleh besarnya permintaan perumahan yang terlihat dari meningkatnya populasi kelas menengah muda. Ditambah lagi dengan pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung dan adanya kebijakan moneter yang ekspansif.
Adapun, BNI Sekuritas menjadikan PT Ciputra Development Tbk (CTRA) dan PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) sebagai top pick pada sektor ini. Kedua emiten dinilai punya neraca keuangan yang solid, serta memiliki brand image yang kuat di sektor ini. Aurellia merekomendasikan untuk beli saham CTRA dengan target harga Rp 1.400 per saham dan PWON dengan target harga Rp 770 per saham.
Selanjutnya: Ini rekomendasi saham Pakuwon Jati (PWON) usai catat perbaikan kenerja pada kuartal I
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News