Reporter: Amailia Putri Hasniawati | Editor: Djumyati P.
JAKARTA. PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) terus berupaya memangkas tumpukan utangnya. Di kuartal pertama 2012, pengelola BNBR optimistis bisa menekan utang lebih dari Rp 2 triliun.
Per akhir Desember 2011, BNBR mencatatkan total utang mencapai Rp 6 triliun. Hingga Rabu (7/3), posisi utang BNBR menjadi Rp 5,4 triliun, atau menyusut Rp 600 miliar. "Kami akan kembali menegosiasikan penyelesaian utang senilai Rp 2 triliun," ungkap Eddy Soeparno, Direktur Keuangan BNBR kepada KONTAN, Rabu (7/3).
Dus, BNBR menargetkan hingga akhir kuartal pertama tahun ini nilai utangnya kembali menyusut menjadi Rp 3,5 triliun hingga Rp 3,6 triliun. Soal pengurangan utang Rp 2 triliun, Eddy enggan membeberkan lebih detail mengenai skema maupun identitas krediturnya.
Berdasarkan laporan keuangan BNBR per akhir kuartal ketiga tahun lalu, perseroan ini memiliki utang jatuh tempo tahun ini kepada sejumlah kreditur. Mereka antara lain Bank ICB Bumi Putera, Ascention Ltd., Seychelles, Solent International Limited, Bank Sarasin-Rabo (Asia) Limited, dan Harus Capital Pte Ltd. Nilai total utang itu mencapai sekitar Rp 250 miliar.
Utang repo
BNBR juga memiliki utang berupa transaksi repurchase agreement (repo) yang jatuh tempo pada tahun ini senilai Rp 295 miliar. Utang repo tersebut diperoleh dari sejumlah pihak, antara lain Recapital Securities, Panin Sekuritas, serta Mahakarya Modalindo.
Mayoritas utang repo yang jatuh tempo tahun ini tercatat pada kuartal pertama 2012. Namun, Eddy memastikan, masa jatuh tempo utang repo tersebut diperpanjang tiga hingga enam bulan mendatang.
Pada Desember 2011, BNBR kembali melakukan repo ke Platinum Partners Value Arbitrage Fund LP dan Platinum Partners Liquid Opportunity LP. Total nilai transaksi ini US$ 25,9 juta atau setara Rp 233,1 miliar.
Jadi, total pinjaman yang diterima BNBR melalui fasilitas repo sepanjang 2011 sedikitnya mencapai Rp 524,1 miliar. Untuk transaksi repo di akhir tahun tersebut, perseroan menggadaikan kepemilikan saham di PT Bakrie Sumatra Plantations Tbk (UNSP), PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) serta PT Bakrie Land Development Tbk (ELTY).
BNBR juga mempunyai utang berupa dua obligasi yang sejatinya jatuh tempo pada Januari tahun ini. Obligasi tersebut berupa surat utang jangka menengah MSN Tara Ltd, Piper Price & Company Ltd senilai Rp 857,43 miliar. Utang tersebut jatuh tempo pada 20 Januari 2012. Selain itu, perseroan ini juga memiliki utang obligasi kepada Interventures Capital Pte Ltd (ICPL) senilai Rp 1,26 triliun.
Manajemen BNBR menyatakan tidak terjadi gagal bayar (default) atas utang-utang obligasi itu. "Nanti, itu akan kami sampaikan pada akhir Maret (2012)," tutur Gafur Sulistyo Umar, Direktur Utama BNBR.
Kabar yang beredar di pasar, BNBR kembali menerbitkan medium term notes (MTN) untuk menyelesaikan utang obligasinya tersebut. Lagi-lagi manajemen BNBR enggan berkomentar soal spekulasi itu. Kemarin, harga saham BNBR, belum beranjak dari posisi Rp 50 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News