Reporter: Aris Nurjani | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga Bitcoin/BTC melanjutkan koreksi dan sempat menyentuh kisaran US$ 20.000 di tengah situasi makroekonomi dan kekhawatiran pasar terhadap potensi keputusan The Fed untuk menaikkan suku bunga acuan yang lebih tinggi untuk menekan angka inflasi.
Afid Sugiono, Trader Tokocrypto mengatakan nilai Bitcoin terus turun dari level resistensi US$ 33.000 minggu lalu, yang mengindikasikan hilangnya momentum kenaikan.
"Hal itu bisa menguatkan bahwa kemungkinan BTC belum bisa kembali reli atau bull run dalam waktu dekat," ujar Afid kepada Kontan.co.id, Selasa (14/6).
Terlebih investor tampak masih takut dengan pergerakan nilai Bitcoin, terlihat dari Bitcoin Fear & Greed Index yang masih melemah di posisi Extreme Fear, sehingga aksi beli sulit dilakukan. Momentum pergerakan BTC dan market kripto secara keseluruhan masih bergantung pada kebijakan The Fed.
Baca Juga: Harga Bitcoin Jatuh Makin Dalam, Ekonom Ini Peringatan Jangan Lakukan Hal Ini
Banyak analis meyakini tingginya inflasi akan membuat The Fed kembali mengerek suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin dalam waktu dekat. Afid mengatakan kondisi pasar saat ini dipenuhi oleh investor institusi yang gerak-geriknya sangat dipengaruhi oleh kondisi makroekonomi.
"Ketika situasi ekonomi ke depan diramal tidak menentu, maka mereka akan melepas aset paling berisiko, utamanya aset kripto, terlebih dulu," ucap Afid.
Perdagangan BTC secara kasar terlihat datar selama seminggu terakhir dan telah terbatas pada rentang perdagangan yang berombak. Level support awal terlihat di $ 25.000, yang mendekati harga terendah sejak 12 Mei lalu.
Afid mengatakan momentum pada grafik harian telah melemah selama beberapa minggu terakhir, menunjukkan tren turun BTC dari harga tertinggi pada November tahun lalu dapat berlanjut dalam jangka pendek.
"Pergerakan BTC kemungkinan bisa terjadi dikisaran US$ 22.000-US$20.000 dalam beberapa hari ke depan," kata Afid
Namun, penurunan harga yang tajam bisa saja terjadi hingga level support-nya akan berada di $ 17.673 dilihat dari grafik 200-week moving average. Sementara untuk bull run, BTC harus melewati level resistensinya di US$ 25.977.
Menurut Relative Strength Index (RSI) pada grafik mingguan terlihat BTC sudah oversold, yang berarti tekanan jual bisa mereda selama beberapa minggu ke depan, sehingga harganya bisa kembali naik dalam jangka pendek.
Afid menjelaskan sentimen positif masih tetap pada situasi makroekonomi dan keputusan The Fed soal suku bunga acuan untuk menekan angka inflasi di AS.
"Selain itu, banyak perusahaan manajemen investasi dan institusi lainnya ternyata tidak memborong aset kripto saat harganya jatuh. Dari data Coinshares menunjukkan, investor justru menarik dana US$ 102 juta dari produk investasi berbasis aset kripto sepanjang pekan lalu," tutur Afid.
Baca Juga: Nilai Pasar Mata Uang Kripto Menguap, Menjadi di Bawah US$ 1 Triliun
Sentimen negatif lainnya datang dari drama platform pinjam-meminjam kripto, Celsius yang secara mengejutkan menghentikan proses penarikan dana (witdrawals) akibat situasi pasar yang ekstrem. Selain itu tindakan MicroStrategy terhadap market yang crash juga patut diperhatikan, karena mereka memiliki sejumlah BTC yang cukup banyak dan bisa menggerakan market.
Sepanjang Juni ini, Menurut Afid aset kripto big cap tidak terlalu mengalami kenaikan dan cenderung diperdagangkan dengan nilai yang datar. Sementara, kripto altcoin lainnya masih menarik untuk dipantau.
"Sekali lagi bukan financial advice, tapi token metaverse, seperti SAND, MANA, AXS masih terus mengalami pertumbuhan nilai di bulan Juni ini, meski secara keseluruhan market sedang crash," ucap Afid.
Di samping itu, trader banyak melakukan scalping token-token seperti BTCDOWN, ETHDOWN dan BNBDOWN, karena mengambil keuntungan dari situasi market yang sedang turun. Token-token tersebut memiliki utilitas bertujuan untuk menghasilkan keuntungan berlipat kali ketika harga BTC, ETH, BNB sedang turun.
Sebaliknya, ketika harga kripto big cap tersebut naik, akan mengalami penurunan. Jumlah keuntungan yang berlipat kali ini ditetapkan di antara 1,25x dan 4x. Afid mengatakan Bitcoin masih dipercaya sebagai aset kripto yang bisa memberikan lindung nilai ketika inflasi. Dari segi fundamental, BTC masih kuat dibanding dengan aset kripto lainnya.
"Bitcoin adalah aset kripto yang didukung permintaan yang tersedia dalam jumlah terbatas dan mendukung layanan desentralisasi keuangan. Di samping itu, BTC masih memiliki likuiditas yang tinggi dan potensi pengembalian yang besar di masa depan," ujar Afid.
Kunci Investasi Kripto
Menurut Afid kunci untuk berkembang dalam kekacauan di dunia kripto saat ini sedang lesu adalah tetap rasional.
"Jadi, investor bisa investasi bitcoin dalam jumlah kecil dan selalu melakukan riset serta tahu profil risikonya agar tidak mengalami kerugian yang cukup dalam," kata Afid.
Melihat kondisi aset kripto saat ini, Afid menjelaskan secara keseluruhan, pergerakan harga aset kripto memang terlihat datar, dan cenderung terjun saat data inflasi AS untuk bulan Mei 2022 diumumkan.
Walaupun investor melakukan aksi beli dalam rangka price actions, dampaknya pun terbilang tak signifikan dalam mendongkrak harga kripto.
"Investor memang sengaja menahan aksi belinya. Selain itu, investor institusi tampaknya juga mulai hijrah menuju aset-aset berisiko rendah dalam mengantisipasi kondisi market yang terus turun," ujar Afid.
Baca Juga: Pasar Kripto Ambrol pada Senin (13/6) Sore, Harga Bitcoin Jatuh 12%
Aset Kripto Dalam Negeri
Di dalam negeri sendiri, market kripto masih belum berpengaruh signifikan, namun diprediksi akan ikut dengan perkembangan global dengan jumlah transaksi yang menurun.
Namun untuk jangka panjang, Afid mengatakan industri aset kripto masih tetap menjanjikan, ini hanya siklus biasa yang terjadi di market. Bitcoin pernah anjlok pada tahun 2018, namun mengalami ATH di 2021.
Kepercayaan akan masa depan industri kripto di Indonesia sudah dibuktikan dengan adanya 25 pedagang aset kripto yang terdaftar di Bappebti. Sementara, Peminat aset kripto terus meningkat tercatat sudah ada 12,8 juta investor di kuartal I 2022.
Menurut data Bappebti, rata-rata kenaikan pelanggan aset kripto mengalami penambahan sebesar 740.523 pelanggan tiap bulan. Dimana transaksi tiga bulan pertama dari Januari hingga Maret pada 2022 telah mencapai Rp 130,2 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News