Reporter: Achmad Jatnika | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah China akhirnya mengumumkan akan memberikan bantuan dana sebesar US$ 17 miliar dalam krisis keuangan yang dilanda oleh pengembang properti China Evergrande.
Dengan adanya langkah yang dilakukan oleh pemerintah China terhadap kasus ini, CEO Triv, Gabriel Rey, bisa mengambil langkah, karena sebelumnya masih ada kecemasan dari pemerintah China yang tidak akan ikut intervensi.
“Kalau China tidak intervensi atau bail out, maka efeknya akan panjang sekali, jadi kalau investor mau buy the dip, tunggu pemerintah China mengambil langkah di Evergrande ini, dan kemudian, kalau mau risk off, ambil posisi di stable coin, kalau memang dip lebih jauh,” pungkasnya.
CEO Digital Exchange, Duwi Sudarto Putra, menuturkan kalau kecemasan sebelumnya terjadi di pasar kripto, sehingga banyak yang mencari opsi penyimpanan tunai, atau aset yang lebih aman. “Tetapi kalau kita melihat dari trend support bitcoin sangat kuat sehingga harga dapat mantul kembali ke atas,” kata Duwi.
Baca Juga: Ancaman krisis Evergrande membayangi pasar aset kripto
Menurutnya, sebelumnya juga ada pihak tertentu yang memanfaatkan momen ini, untuk mengambil peluang membeli Bitcoin di harga murah. “Kita ketahui bersamaan dengan harga turun para whales banyak sekali yang membeli Bitcoin tersebut dan bisa di-trace melalui blockchain proses perpindahan tersebut,” imbuh Duwi.
Ia melihat, dari sisi teknikal, support terkuat untuk harga Bitcoin berada di kisaran angka US$ 38.000 per BTC dan akhirnya terbukti bahwa harga kembali rebound.
Ke depan ia melihat prospek dari aset kripto masih positif, hal ini karena masih banyak ritel dan investor yang tertarik dengan teknologi ini. Pandangannya, di pekan ini Bitcoin masih berpotensi volatil yang terakhir, sebelum tren bullish kembali.
“Tiga bulan terakhir tahun ini bisa mendorong bitcoin ke harga US$100 ribu. Investor jangka panjang melihat pekan ini sebagai kesempatan membeli dan menambah posisi mereka,” kata Duwi.
Selanjutnya: Harga Bitcoin terjungkal ke bawah US$ 40.000, pertama dalam 6 minggu terakhir
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News