Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) masih mempertahankan tingkat suku bunga acuan di level 5,75%. Stabilitas suku bunga di dalam negeri berpotensi menjadi angin segar bagi sektor properti bersama industri pendukungnya.
Emiten yang bergelut di industri penyokong properti cukup beragam. Mulai dari ritel bahan bangunan, semen, beton, keramik, cat, hingga produk peralatan kamar mandi. Kinerja emiten berpotensi terungkit saat industri properti kembali bangkit.
Sekretaris Perusahaan PT Caturkarda Depo Bangunan Tbk (DEPO) Erwan Irawan melihat stabilitas suku bunga di tahun 2023 menjadi sinyal daya tahan ekonomi Indonesia melewati masa pandemi. Suku bunga yang stabil diharapkan bisa ikut mendongkrak daya beli pada sektor properti.
Baca Juga: Ramaikan Persaingan Perabot Rumah Tangga, Sanwacompany Buka Showroom di Indonesia
"Sektor penyokong properti pun akan turut merasakan efek positifnya. Tentu skala terhadap setiap sektor penyokong akan berbeda. Namun DEPO yakin kinerja perusahaan akan meningkat seiring kenaikan sektor properti," kata Erwan kepada KONTAN, Senin (26/6).
Konsumen utama DEPO adalah kontraktor dan perorangan. Dus, ketika pembangunan properti komersial dan kepemilikan rumah pribadi meningkat, kinerja bisnis DEPO akan ikut terangkat. Singkatnya, pertumbuhan di sektor properti akan berdampak langsung pada penjualan bahan bangunan.
Direktur PT Surya Pertiwi Tbk (SPTO) Irene Hamidjaja sepakat, stabilitas suku bunga akan menjadi katalis positif bagi sektor properti. Ketika pengembang semakin banyak meluncurkan produk baru, maka akan ikut mendongkrak permintaan peralatan kamar mandi.
Hingga kuartal I-2023, kontribusi segmen proyek atau pengembang mencapai sekitar 20% terhadap total penjualan SPTO. Hanya saja, kerentanan kondisi ekonomi global dan arah suku bunga acuan masih menjadi faktor yang perlu diwaspadai.
Beruntung, kondisi ekonomi Indonesia yang relatif stabil masih menopang permintaan dari segmen ritel serta penjualan ke toko dan agen SPTO. Stabilitas bisnis di segmen ritel juga menjadi andalan PT Avia Avian Tbk (AVIA).
Baca Juga: Raih Pendapatan Rp 835,36 Miliar pada Kuartal I, Bakrie & Brothers Lanjutkan Ekspansi
Head of Investor Relations AVIA Andreas Hadikrisno mengatakan kinerja emiten cat milik Tancorp Grup ini tidak terpengaruh signifikan jika terjadi gejolak di industri properti. Sebab, kontribusi dari segmen proyek hanya berkisar 1,5% - 2%, sedangkan sisanya berasal dari penjualan ritel.
Meski begitu, AVIA mengamati sektor properti menawarkan peluang yang sangat menarik. AVIA pun telah melakukan pendekatan secara bertahap terhadap segmen proyek properti, khususnya secara B to B dan komersial.
"Kami memperkuat divisi project serta mengambangkan berbagai produk baru dengan spesifikasi tertentu. Namun kami tetap waspada untuk tidak terlibat dalam proyek-proyek yang terlalu besar, yang berpotensi menekan margin," jelas Andreas.
Rekomendasi Saham
Analis Pilarmas Investindo Sekuritas, Johan Trihantoro menyoroti prospek emiten bahan bangunan atau home improvement juga akan terdorong oleh tingkat konsumsi masyarakat. Berbarengan dengan momentum pemulihan ekonomi, emiten perlu cermat dalam menangkap peluang bangkitnya industri properti.
"Momentum ini akan meningkatkan kebutuhan bahan bangunan. Emiten perlu terus berinovasi dan meningkatkan utilitas produksi, serta memperkuat jaringan distribusi yang luas," kata Johan.
Equity Analyst Kanaka Hita Solvera Andhika Cipta Labora memperkirakan ketika industri properti semakin meningkat, maka berpotensi mendorong kinerja sektor penyokong antara 10%-20%. Dari sisi produk, Andhika menyoroti bisnis semen dan keramik yang berpeluang terpapar katalis yang signifikan.
Baca Juga: Ini Tantangan Penggunaan PLTS Atap
Sedangkan Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Fajar Dwi Alfian memprediksi kinerja emiten penyokong industri properti akan stagnan atau tumbuh dengan level yang tidak signifikan. Catatan dia, momentum tahun politik justru bisa membuat penjualan properti tertekan.
Konsumen bisa jadi akan mengalihkan belanja ke sektor yang lain. Meskipun secara ritel, penjualan bahan bangunan masih punya prospek menarik karena terkait dengan konsumsi masyarakat dan efek perputaran uang di tahun politik.
Fajar belum memberikan rekomendasi untuk saham di sektor ini. Sementara itu, Johan menilai saham SPTO, PT Surya Toto Indonesia Tbk (TOTO) dan PT Mulia Industrindo Tbk (MLIA) bisa dipertimbangkan untuk buy dalam jangka pendek.
Andhika menyematkan rekomendasi buy untuk saham PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) dan PT Arwana Citramulia Tbk (ARNA). Target harga masing-masing berada di level Rp 6.900 dan 940 per lembar saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News