Reporter: Achmad Jatnika | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Permintaan ayam masih akan lemah karena pandemi berkepanjangan. Permintaan yang melemah ini berpeluang menekan kinerja emiten poultry.
Di sisi lain, pemerintah mendukung program culling atau pemusnahan masal untuk mendukung harga day old chicken (DOC) dan broiler. Analis Samuel Sekuritas Nashrullah Putra menilai program culling ini menjadi sentimen positif karena kebijakan ini dapat menstabilkan harga broiler dan DOC.
Sedangkan Analis Mirae Sekuritas Emma A. Fauni menilai bahwa intervensi agresif tersebut adalah upaya pemerintah dalam mengantisipasi turunnya permintaan di tengah pengetatan PPKM.
Selain karena permintaan yang lemah, kenaikan harga jagung sebagai pakan juga berpotensi menekan kinerja emiten poultry. Berdasarkan data Kementerian Pertanian, harga jagung di bulan Juni 2021 mencapai Rp 5.700 per kilogram. Harga ini naik 43,9% dibandingkan Juni 2020.
“Tapi karena harga broiler dan DOC-nya juga naik, nanti profit dari segmen lain akan meng-cover margin pakan ternak yang tertekan,” kata Nashrullah kepada Kontan.co.id, Jumat (25/7).
Baca Juga: BRI Danareksa jadikan saham JPFA dan MAIN sebagai top pick di sektor poultry
Nashrullah menilai bahwa kinerja sektor ini akan lebih baik dibandingkan dengan tahun 2020. Dia memperkirakan kinerja kuartal kedua akan lebih baik ketimbang kuartal pertama karena harga broiler dan DOC yang lebih tinggi. Selain itu, Lebaran di kuartal kedua juga mengangkat demand.
Akan tetapi, adanya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) akan membuat kinerja di semester kedua 2021 lebih rendah daripada enam bulan pertama 2021. Tapi, kinerja sektor poultry hingga tutup tahun akan lebih lebih baik dibandingkan dengan tahun lalu.
Baca Juga: Mirae Asset Sekuritas proyeksikan Japfa (JPFA) akan catat kinerja solid di kuartal II