kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.326.000 1,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bisnis Perhotelan Belum Pulih, Analis Sarankan Wait and See Saham Emiten Perhotelan


Minggu, 10 Desember 2023 / 13:26 WIB
Bisnis Perhotelan Belum Pulih, Analis Sarankan Wait and See Saham Emiten Perhotelan
ILUSTRASI. Bisnis perhotelan di Indonesia masih dalam tahap pemulihan.


Reporter: Aulia Ivanka Rahmana | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis perhotelan di Indonesia masih dalam tahap pemulihan, terlihat dari banyaknya kekosongan kamar di 2023. Namun, tingkat kekosongan kamar diprediksi akan membaik di 2024 yang didukung oleh sejumlah faktor.

Director of Strategic Consulting of Cushman & Wakefield Arief Rahardjo mencermati, situasi pasar hotel masih dalam tahap pemulihan, terlihat tidak adanya penambahan kamar di tahun 2023 dan sebagian besar jadwal operasionalnya ke tahun 2024. 

Total kumulatif pasokan kamar hotel berbintang 3 luxury sampai akhir 2023 sebanyak 42.922 kamar. Sekitar 1.354 kamar hotel yang berlokasi di Jakarta Pusat dan CBD dijadwalkan akan mulai beroperasi pada tahun 2024 dengan distribusi dari total jumlah kamar sebanyak 27% di hotel bintang 3, 48% bintang di hotel bintang 4, 12% hotel bintang 5, dan 14% Luxury.

Baca Juga: Getol Tambah Jaringan, Artotel Group Sudah Miliki 104 Hotel pada Tahun 2023

Sementara itu, total kedatangan penumpang di Bandara Internasional Soekarno-Hatta per September 2023 sudah mencapai lebih kurang 18,5 juta penumpang. Diperkirakan target total penumpang tahun 2023 akan tercapai.

"Pertumbuhan positif total pengunjung ke Jakarta berdampak pada semakin aktif nya kegiatan MICE di Jakarta," kata Arief dalam riset Cushman & Wakefield 7 Desember 2023.

Peningkatan kegiatan MICE seperti kegiatan rapat institusi BUMN, kementrial, korporasi, konser musik internasional, acara olahraga, dan pameran yang berdampak positif kepada peningkatan permintaan kamar hotel Jakarta.

Tingkat kekosongan kamar hingga akhir 2023 terus menurun masing-masing adalah 33,0% pada hotel bintang 3, 36,4% pada hotel bintang 4, 33,9% pada hotel bintang 5, dan 40,3% untuk luxury. Arief memprediksi, tingkat kekosongan kamar keseluruhan akan terus membaik di tahun aktivitas politik 2024 di level 34,0%.

"Adapun terkait pertumbuhan harga rata-rata kamar, pertumbuhan harga kamar (ADR) per malam diperkirakan akan terus positif seiring dengan peningkatan permintaan kamar yang terus berlanjut," lanjut Arief.

Arief melihat, harga kamar (ADR) per 7 Desember 2023, sudah kembali ke level sebelum pandemi di tahun 2019. Harga kamar (ADR) per malam keseluruhan di proyeksikan akan tumbuh sekitar 16% pada tahun 2024.

Direktur Utama Kiwoom Sekuritas Indonesia Chang-kun Shin juga memiliki pendapat yang sama, ia melihat bisnis perhotelan di Indonesia masih dalam tahap pemulihan karena didorong oleh beberapa faktor.

"Seperti karena perang Rusia-Ukraina yang berdampak pada perekonomian global. Perang ini telah menyebabkan kenaikan harga-harga, termasuk harga bahan bakar dan makanan," ungkap Shin kepada Kontan.co.id, Jumat (8/12).

Menurutnya, perang tersebut dapat mengurangi daya beli masyarakat dan mengurangi permintaan perjalanan dan pariwisata. Kedua, naiknya suku bunga bank sentral yang dapat membuat masyarakat lebih konservatif dalam membelanjakan uangnya, termasuk untuk perjalanan dan pariwisata.

Baca Juga: Kegiatan Pemilu 2024 Dimulai, Berdampak ke Sektor Sewa Otobus dan Perhotelan?

Untuk tahun depan, Shin memproyeksikan emiten perhotelan pada kuartal IV-2023 akan membaik jika dibandingkan dengan kuartal III-2023. Menurutnya, akan terjadi pemulihan permintaan perjalanan dan pariwisata.

"Meski masih belum sepenuhnya pulih, namun permintaan perjalanan dan pariwisata di Indonesia diperkirakan akan terus meningkat di kuartal IV-2023," tutur Shin.

Selain itu, didukung juga oleh berakhirnya tahun ajaran dan libur panjang yang biasanya menjadi momen peak season bagi bisnis perhotelan. Pemulihan ekonomi global yang dapat meningkatkan permintaan perjalanan dan pariwisata ke Indonesia.

Shin menyarankan agar pelaku pasar untuk wait and see terlebih dahulu, karena menurutnya hingga saat ini masih belum ada saham di sektor perhotelan yang menarik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×