Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Rizki Caturini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Unilever Indonesia Tbk memprediksi industri makanan masih bisa tumbuh. Hernie Raharja, Food Director PT Unilever Indonesia Tbk menjelaskan, secara garis besar tren bisnis makanan masih positif. Meski demikian di tahun 2018 punya tantangan besar karena ada perubahan daya tarik bagi konsumen kelas atas dan bawah.
Selain itu tantangan berasal dari gejolak di semua industri. Sumbernya dari deflasi di industri pertanian yang berimbas ke daya beli masyarakat kelas bawah. "Kami harapkan proyek pemerintah bisa jalan supaya konsumsi masyarakat bisa bertumbuh," jelas Hernie, Kamis (30/11)
Menurutnya pada divisi makanan, Unilever Indonesia masih bisa bertumbuh. Sayangnya dari target penjualan dan produk baru yang akan diluncurkan belum dibeberkan "Kita tetap akan lanjutkan strategi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terutama dari produk Kecap Bango dan juga Royko," jelas Hernie.
Hingga kuartal III-2017, laba bersih UNVR meningkat 10,1% menjadi Rp 5,23 triliun dari sebelumnya Rp 4,75 triliun secara tahunan atau year on year (yoy). Tapi, pendapatan UNVR hanya tumbuh 3,69% yoy menjadi 31,21 triliun. Pada periode ini, UNVR telah menyerap capex hingga Rp 1,3 triliun.
Dibandingkan tahun lalu, kinerja UNVR cenderung melambat. Pada kuartal III-2016, pendapatan UNVR tumbuh 9,27% yoy, dengan kenaikan laba bersih 13,56% yoy.
Analis Indosurya Sekuritas, William Surya Wijaya menjelaskan, di industri makanan persaingan kian ketat. Salah satunya produk Unilever seperti es krim. "Kompetitor baru makin banyak ditambah Campina akan IPO sebentar lagi," kata William kepada KONTAN, Kamis (30/11).
Namun dari sisi pertumbuhan penjualan, menurutnya Unilever punya prospek positif. Mengingat demografi masyarakat yang masih banyak di Indonesia. "Konsumen Unilever terbilang loyal dan juga penetrasi pasar mereka sudah luas," jelas William.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News