kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bisnis lahan industri lesu, SSIA sulit melaju


Jumat, 15 November 2013 / 07:10 WIB
Bisnis lahan industri lesu, SSIA sulit melaju
ILUSTRASI. Bumi Berada pada Jarak Terjauh dari Matahari, Inilah Fenomena Aphelion 4 Juli 2022


Reporter: Sofyan Nur Hidayat | Editor: Yuwono Triatmodjo

JAKARTA. Permintaan lahan kawasan industri yang merosot membuat kinerja PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) terpangkas. Laba bersih SSIA per September 2013 turun 11,75% year on year (yoy) menjadi Rp 486,02 miliar.

Sejatinya, pendapatan SSIA pada periode Januari-September 2013 masih tumbuh 25,94% menjadi Rp 3,35 triliun. Pertumbuhan bisnis konstruksi dan perhotelan, turut menopang pendapatan SSIA.

Tapi sayang, bisnis penjualan kawasan industri yang memberikan margin terbesar bagi SSIA, malah turun. Analis Batavia Prosperindo Sekuritas, Steven Gunawan mencatat, kontribusi penjualan lahan industri bagi total  pendapatan SSIA turun dari  30% menjadi 23%. Sementara, sumbangan bisnis konstruksi naik, dan menyumbang porsi 61% bagi total pendapatan SSIA. "Margin konstruksi kecil, jadi tidak bisa menolong laba bersih SSIA," terang Steven.

Analis Samuel Sekuritas, Benedictus Agung Swandono dalam risetnya 4 November lalu menyebutkan, kinerja SSIA di bawah ekspektasi, karena kontribusi segmen industrial estate yang berkurang. Padahal, ada kenaikan harga jual rata-rata atau average selling prices (ASP) lahan industri di kuartal III-2013 menjadi US$ 107 per m².

Hitungan Benedictus, marketing sales lahan industri SSIA di kuartal III-2013 saja hanya 3,5 hektare (ha). Sehingga nilai total selama sembilan bulan di 2013 mencapai 38,5 ha, atau 55% dari target setahun seluas 70 ha.

Bisnis kawasan industri, kata Steven, mengalami masa booming di tahun 2011-2012. Tahun 2013 mulai menurun, terutama di kuartal III.

Konsumen SSIA kebanyakan investor Jepang. Ekonomi Indonesia tahun ini yang kurang stabil lantaran inflasi tinggi, kenaikan suku bunga, serta permintaan kenaikan upah buruh yang tinggi, membuat investor menunda investasi. "Investor Jepang yang masuk ke sektor riil, memilih wait and see," jelas Steven.

Sejumlah analis masih menilai, prospek SSIA tahun depan akan cerah. Steven menghitung, pendapatan SSIA tahun 2014 akan naik 14% menjadi Rp 4,9 triliun. Sedangkan, laba bersih SSIA bakal meningkat 14% menjadi Rp 832 miliar.

Mengacu pada kinerja kuartal III 2013, Benedictus menurunkan estimasi laba bersih SSIA di tahun ini sebesar 14% menjadi Rp 656 miliar. Namun, di tengah perlambatan pada segmen industrial estate, dia optimistis, bisnis konstruksi akan menolong kinerja SSIA.

Reza Nugraha, analis MNC Securities berpendapat, prospek bisnis kawasan industri dinilai tidak akan sebagus 2011-2012. Ini karena banyak investor asing yang menahan investasi akibat kenaikan upah buruh. Selain itu, investor menunggu pelaksanaan pemilihan umum 2014.

Reza memproyeksikan, pendapatan dan laba bersih SSIA di 2014 akan tumbuh 15%. Dia merekomendasikan buy on weakness saham SSIA dengan target harga Rp 950 per saham, mencerminkan rasio harga terhadap laba bersih (PER) 8,3 kali.

Steven menyarankan buy saham SSIA dengan target harga Rp 1.080 dengan PER 6,1 kali, lebih rendah dari rata-rata industri sekitar 9 kali-10 kali. Sementara, Benedictus memilih hold saham SSIA dengan target harga Rp 900 per saham. Kemarin, harga saham SSIA naik 4,11% menjadi Rp 760 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×