Reporter: Vina Elvira | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten produsen kemasan, PT Champion Pacific Indonesia Tbk (IGAR) optimistis dapat meraih target penjualan yang telah ditetapkan tahun ini. Hal itu seiring dengan kondisi pasar industri farmasi yang masih memiliki prospek menjanjikan di tahun 2021.
"Terutama mungkin di segmen farmasi karena pandemi ini semakin meningkat, sehingga frekuensi penggunaan obat-obatan juga cukup meningkat," jelas Presiden Direktur IGAR Antonius Muhartoyo dalam agenda Paparan Publik Virtual hari ini, Senin (28/6).
Lebih lanjut Antonius bilang, hingga paruh pertama tahun ini, IGAR masih sesuai dengan target yang ingin dicapai oleh perusahaan pada penghujung tahun nanti. Seperti diketahui, perusahaan menetapkan target pertumbuhan sebesar 10,24% di tahun 2021 dengan total penjualan mencapai Rp 819 miliar.
"Sampai hari ini kinerja kami masih on track semua," kata dia.
Adapun, di 2020, pendapatan IGAR dari kontrak dengan pelanggan tercatat mencapai Rp 739,40 miliar, atau susut 4,76% secara tahunan (yoy) dari realisasi penjualan bersih tahun 2019 yang mencapai Rp 776,54 miliar.
Baca Juga: Laba bersih Champion Pacific Indonesia (IGAR) naik tipis di tahun lalu
"Penurunan ini bersumber pada penurunan pendapatan di segmen farmasi," sambungnya.
Sementara itu, untuk laba bersih bertambah sebesar Rp 3,83 miliar atau meningkat 6,33% yoy dari semula Rp 60,64 miliar di tahun 2019 menjadi Rp 64,48 miliar. Peningkatan ini salah satunya dilatarbelakangi oleh pengukuran kembali kewajiban imbalan kerja jangka panjang.
Selain itu, IGAR pun terus berupaya untuk meningkatkan efisiensi dari tahun ke tahun. Salah satunya dengan efisiensi mesin, sehingga tidak terjadi pemborosan material di dalam proses produksi.
Meskipun kinerja di segmen farmasi sempat menunjukkan pertumbuhan yang negatif, IGAR optimistis di tahun ini kemasan industri farmasi dapat memberikan kontribusi yang lebih positif terhadap keseluruhan kinerja IGAR di sepanjang tahun.
"Di tahun ini kelihatannya ada pengembangan yang baik, karena perusahaan farmasi juga banyak yang mengikuti tender-tender dari pemerintah untuk mengatasi masalah pandemi ini," sambungnya.
Kendati demikian, IGAR pun tak lupa untuk tetap melakukan pengembangan terhadap segmen non farmasi, yang juga diklaim terus menunjukkan prospek yang kian menjanjikan.
Antonious bilang, IGAR siap untuk menerima pesanan kemasan dari industri-industri non farmasi. Sebab, dari penggunaan mesin dan juga proses produksinya tak jauh berbeda dengan pembuatan kemasan industri farmasi.
"Kami lihat dulu pasarnya. Sebenarnya mesin-mesin kita siap kok untuk menerima packaging di luar farmasi ini. Karena hampir sama, mesin-mesinnya dan laminating semua sama dengan farmasi," ujar dia.
Sekedar informasi, IGAR memiliki pangsa pasar kemasan untuk berbagai sektor, seperti misalnya industri Farmasi, Consumer Goods, Bidang Pertanian, dan Bidang Konstruksi. Namun memang, kontribusi pendapatan terbesar masih ditopang oleh sektor farmasi yang mencapai 80%, sedangkan untuk sektor non farmasi masih berada di angka 20%.
Baca Juga: IGAR mencatat adanya peningkatan pesanan dari produk pengobatan Covid-19
Seperti tahun-tahun sebelumnya, IGAR menyediakan belanja modal atau capital expenditure (capex) yang bersifat rutin sebesar Rp 12 miliar untuk kebutuhan pemeliharaan dan peningkatan efisiensi produksi di tahun ini. Seluruh belanja modal tersebut berasal dari kas internal perusahaan.
"Jadi capex kami yaitu untuk meningkatkan efisiensi mesin dan juga untuk prepare dan maintenance sebanyak Rp 12 miliar, dan saya kira sampai saat ini capex yang terserap sudah hampir 50%," jelasnya.
Adapun, hingga akhir Maret lalu IGAR berhasil menorehkan kinerja yang cukup impresif. Melansir laporan keuangan perseroan, IGAR tercatat membukukan pertumbuhan laba bersih sebesar 132,71% dari sebelumnya Rp 8,30 miliar pada kuartal I-2020 menjadi Rp 19,33 miliar.
Sejalan dengan hal itu, pendapatan IGAR dari kontrak dengan pelanggan turut meningkat 9,01% menjadi Rp 205,91 miliar, dari realisasi penjualan bersih kuartal I-2020 yang hanya mencapai Rp 188,88 miliar.
Selanjutnya: Rencana penerbitan obligasi perusahaan besar dunia mulai ramai
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News