Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Pasar obligasi korporasi kembali ramai. Kali ini, PT Bank Internasional Indonesia Tbk menawarkan kupon obligasi 11,35% untuk penerbitan obligasi subordinasi bertenor tujuh tahun senilai Rp 1,5 triliun.
Surat utang tersebut merupakan bagian dari penawaran umum berkelanjutan (PUB) II dengan total Rp 3 triliun. Sedangkan penerbitaan kali ini merupakan tahap I.
Selain obligasi subordinasi, perusahaan juga menerbitkan sukuk mudhrabah senilai Rp 300 miliar yang merupakan bagian dari sukuk mudharabah berkelanjutan I dengan total Rp 1 triliun. Instrumen tersebut bertenor tiga tahun dan akan jatuh tempo 8 Juli 2017. Instrumen ini menawarkan bgi hasil floating.
Rencananya, surat utang tersebut akan melakukan penjatahan pada 4 Juli 2014. Adapun penerbitan dan pencatatan masing-masing dijadwalkan pada 8 dan 10 Juli 2014. Kupon akan dibayarkan secara triwulan dan pembayaran pertama akan dilakukan 8 Oktober 2014.
PT Pupuk Indonesia juga menerbitkan obligasi I senilai total Rp 1,42 triliun. Instrumen tersebut dibagi dalam dua seri, yakni seri A senilai Rp 522 miliar bertenor tiga tahun dengan kupon 9,62%, serta seri B senilai Rp 903 miliar bertenor lima tahun dengan kupon 9,95%.
Adapun masa penjatahan instrumen ini adalah 4 Juli 2014. Sedangkan penerbitan dan pencatatan masing-masing dilakukan 8 dan 10 Juli 2014. Untuk pembayaran bunga pertama dilakukan pada 8 Oktober 2014.
Analis Sucorinvest Central Gani Ariawan mengatakan obligasi BII cukup menarik lantaran memberikaan kupon tinggi dan jauh di atas surat utang negara (SUN) seri acuan atau benchmark. Demikian juga dengan obligasi Pupuk Indonesia yang memberikan kupon menarik."Meskipun kupon obligasi Pupuk Indonesia lebih rendah, namun karena posisi perusahaaan sebagai BUMN dan peringkatnya yang AAA sehingga sangat menarik," tutur Ariawan.
Di sisi lain lain, nominal penerbitan juga cukup besar sehingga obligasi tersebut bakal likuid di pasar sekunder. Dus, permintaan di pasar sekunder juga diperkirakan masih akan cukup tinggi. "Dengan yield yang menarik dan potensi permintaan yang tinggi, maka potensi kenaikan harga di pasar sekunder cukup terbuka," ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News