Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Adapun mengenai bahan dan formulasi produk OBM Drilchem, Ivan enggan untuk membeberkan secara rinci. Yang pasti, dia memastikan bahwa produk OBM Drilchem berasal dari limbah organik dan non-chemical dengan bahan-bahan yang seluruhnya diperoleh dari dalam negeri.
Menurut Ivan, hal itu menjadi keunggulan bagi produk OBM Drilchem baik di pasar lokal maupun internasional. Di pasar lokal, dengan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) 100%, produk OBM Drilchem menjadi incaran untuk mengisi proyek-proyek di Indonesia.
Sedangkan di pasar internasional, produk OBM Drilchem diminati lantaran teruji dan masuk ke kategori yang ramah lingkungan. Bahkan, OBMD pun sedang bersiap untuk menerima tambahan permintaan dari pasar ekspor.
Ivan bilang, OBMD sedang melakukan beberapa penjajakan dan uji coba (trial) dengan perusahaan minyak raksasa asal Timur Tengah, yakni dari Uni Emirat Arab dan Quwait. Jika berjalan mulus, maka porsi penjualan OBMD tahun 2023 nanti akan menjadi 50:50 untuk pasar domestik dan ekspor.
Baca Juga: Baru listing, berikut target pertumbuhan kinerja OBM Drilchem tahun 2021 dan 2022
Namun, Ivan pun yakin permintaan dari pasar dalam negeri akan tetap tinggi dalam beberapa tahun ke depan. "(Target produksi 1 juta barel) jadi katalis positif, karena semakin banyak pengeboran, semakin banyak mereka minta produk kami. Target 1 juta barel itu impact-nya dari sekarang," terangnya.
Sedangkan untuk mesin produksi, OBMD masih akan mengandalkan dua mesin di pabrik Karawang untuk melakukan pencampuran (mixing) bahan-bahan yang sudah diformulasikan oleh supplier. Ivan menyebut, pihaknya belum berencana untuk menambah mesin produksi lantaran OBMD masih mampu memproduksi hingga 300.000 sak dengan satu mesin.
Sebagai gambaran, untuk mencapai target penjualan sebesar Rp 94 miliar pada tahun ini, produksi yang dibutuhkan mencapai sekitar 180.000 sak.
Baca Juga: Fakta-Fakta IPO 2021, Banyak Rekor Tercipta tapi Risiko Investasinya Lumayan Tinggi
Rekomendasi Saham
Sementara itu, dari sisi pergerakan saham, OBMD masih berada di zona merah. Saham OBMD turun 1 poin atau 0,84% di level Rp 118 pada perdagangan Rabu (16/2).
Kendati begitu, Equity Analyst Kanaka Hita Solvera William Wibowo menilai OBMD memiliki prospek yang baik. Efek dari target produksi minyak 1 juta barel pada tahun 2030 dan penjajakan kerjasama dengan Timur Tengah menjadi katalis positifnya.
"Menurut saya OBMD memiliki prospek yang bagus ke depannya mengingat adanya momentum target produksi migas dari pemerintah," ujar William kepada Kontan.co.id, Rabu (16/2).
Baca Juga: OBM Drilchem (OBMD) Memperluas Jangkauan Pasar Luar Negeri
Secara teknikal, saham OBMD saat ini masih cenderung sideways setelah mengalami downtrend. Menurut William, pelaku pasar bisa terus mengamati support penting OBMD di level Rp 112 dengan target harga di area Rp 125 serta resistance penting di Rp 143.
Analis Teknikal MNC Sekuritas Herditya Wicaksana juga mengamini gerak saham OBMD masih cenderung sideways, lantaran belum mampu untuk tembus di support Rp 112 ataupun resistance Rp 138.
Dari sisi indikator, baik MACD maupun Stochastic saham OBMD masih menunjukkan tanda-tanda sideways. "Akan lebih baik wait and see terlebih dahulu," ujar Herditya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News