kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Biaya dana lebih murah, obligasi global bisa jadi pilihan


Selasa, 26 Januari 2021 / 18:26 WIB
Biaya dana lebih murah, obligasi global bisa jadi pilihan
ILUSTRASI. Likuiditas global melimpah akibat kebijakan bank sentral yang akomodatif dalam memberikan stimulus.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penerbitan obligasi global terlihat mengalami tren positif pada awal tahun ini. Setelah pemerintah yang menerbitkan obligasi global senilai US$ 3 miliar dan € 1 miliar, beberapa emiten juga tercatat menerbitkan obligasi global baru-baru ini.

Paling anyar ada PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) yang menerbitkan obligasi global sebesar US$ 300 juta. Sebelumnya, ada dua perusahaan tekstil yang menerbitkan obligasi global. Ada PT Sri Rejeki Isman Tbk atau Sritex (SRIL) dan PT Pan Brothers Tbk (PBRX) yang masing-masing menerbitkan obligasi global senilai US$ 325 juta dan US$ 350 juta.

Head of Fixed Income Trimegah Asset Management Darma Yudha mengungkapkan, faktor utama pendorong maraknya penerbitan obligasi global adalah banjirnya likuiditas. Hal ini bisa terlihat pada penerbitan obligasi global pemerintah pada awal tahun yang mengalami oversubscribed. Padahal yield yang ditawarkan bisa ditekan sangat rendah.

Tren tersebut juga terjadi di penerbitan obligasi korporasi global seiring likuiditas yang melimpah akibat kebijakan bank sentral yang akomodatif dalam memberikan stimulus. “Investor asing pun melihat yield obligasi global emiten Indonesia jauh lebih menarik daripada yield yang ditawarkan di negara maju,” kata Yudha kepada Kontan.co.id, Selasa (26/1).

Baca Juga: Mengejar dana asing, penerbitan obligasi global meriah

Selain itu, penerbitan obligasi global juga bisa menjadi sarana natural hedging bagi perusahaan yang secara struktur biayanya menggunakan denominasi dolar AS. Lalu, dari sisi biaya dana, Yudha juga melihat penerbitan obligasi global relatif lebih murah. Apalagi, saat ini bank dinilai masih cukup berhati-hati dalam menyalurkan pinjaman, sehingga pendanaan lewat obligasi pun jadi pilihan menarik.

Dari segi risiko, Yudha melihat obligasi global khususnya yang korporasi masih akan diselimuti risiko. Walaupun saat ini memang fase pemulihan ekonomi, belum ada yang bisa memperkirakan secepat apa fase pemulihan ini. Menurut dia, jika ekonomi masih berat dan bisnis pun belum kembali ke level setengahnya dalam keadaan normal, risiko default masih cukup besar.

Oleh karena itu, Yudha kembali menekankan investor untuk tetap lebih selektif dalam memilih obligasi global. Namun, jika investor memang punya time horizon dan tingkat risiko yang sesuai dengan obligasi global maupun domestik, Yudha menyebut keduanya bisa jadi pilihan yang menarik.

Baca Juga: Pan Brothers (PBRX) bakal menerbitkan surat utang senilai maksimum US$ 350 juta

“Baik obligasi global maupun domestik, keduanya jauh lebih menarik dibanding suku bunga deposito. Hanya saja, untuk obligasi global memang ada risiko mata uang bagi investor domestik, tapi kalau memang punya kebutuhan dolar AS, obligasi global justru bisa jadi pilihan yang lebih menarik,” tambah Yudha.

Walau ada tren positif penerbitan obligasi global pada awal tahun, Yudha meyakini tahun ini penerbitannya masih belum akan agresif kendati tren suku bunga tetap rendah. Menurut dia, penerbitan obligasi global belum seagresif kondisi normal, tapi setidaknya akan lebih baik daripada tahun lalu.

Baca Juga: Tawarkan kupon 5,57%, pemerintah targetkan penjualan ORI019 sebesar Rp 10 triliun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×