Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Awal tahun 2021, penerbitan obligasi global seolah menjadi tren di kalangan para emiten. Awal Januari ada PT Sri Rejeki Isman Tbk atau Sritex (SRIL) yang berencana menerbitkan surat utang baru dengan nilai pokok sebanyak-banyaknya US$ 325 juta.
Emiten tekstil lainnya PT Pan Brothers Tbk (PRBX) juga berniat menerbitkan obligasi global senilai US$ 350 juta. Teranyar, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) menerbitkan obligasi global sebesar US$ 300 juta pada 20 Januari 2021.
Director and Chief Investment Officer Fixed Income PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Ezra Nazula mengatakan, maraknya penerbitan obligasi global oleh emiten bukanlah hal yang mengejutkan. Menurut dia, tren penerbitan obligasi global adalah upaya penerbit untuk bisa menjaring investor asing sebanyak-banyaknya.
Saat ini tren suku bunga secara global sedang rendah. Tak pelak, yield yang ditawarkan para penerbit ini punya spread yang jauh lebih menarik dibandingkan US Treasury. “Dengan kondisi tersebut, investor asing pun diperkirakan akan menjadikan obligasi global sebagai alternatif pilihan,” terang Ezra kepada Kontan.co.id, Selasa (26/1).
Baca Juga: Pan Brothers (PBRX) bakal menerbitkan surat utang senilai maksimum US$ 350 juta
Selain itu, Ezra menilai obligasi global juga jadi pilihan investor asing karena tidak terdapat risiko kurs di dalamnya. Sementara dari sisi penerbit, langkah penerbitan obligasi global tidak hanya sekadar memperluas pangsa investor. Ezra juga meyakini langkah ini bisa menghemat cost of fund penerbit karena yield untuk obligasi global relatif lebih murah ketimbang obligasi dengan kurs rupiah.
Walau begitu, Ezra mengingatkan investor untuk selalu memperhatikan dan melihat fundamental masing-masing perusahaan yang menerbitkan obligasi global maupun domestik. Menurut dia, investor sebaiknya fokus kepada sektor-sektor yang relatif tahan banting dari pelemahan ekonomi dan emiten-emiten yang memiliki fundamental kuat serta struktur kredit yang kuat.
“Kalau penerbit (global maupun domestik) sama-sama punya fundamental yang baik dan kuat, obligasi domestik bisa jadi pilihan yang lebih menarik karena potensi yield obligasi domestik lebih besar dari obligasi global. Namun, jika ada kewajiban dalam dolar AS yang mau di-hedge, obligasi global bisa jadi pilihan menarik,” pungkas Ezra.
Baca Juga: Ini pembeli obligasi global Tower Bersama (TBIG) senilai US$ 300 juta
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News