kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.219   -39,00   -0,24%
  • IDX 7.095   -1,18   -0,02%
  • KOMPAS100 1.061   -0,86   -0,08%
  • LQ45 835   -0,85   -0,10%
  • ISSI 215   0,18   0,08%
  • IDX30 426   -0,96   -0,23%
  • IDXHIDIV20 514   0,43   0,08%
  • IDX80 121   -0,27   -0,22%
  • IDXV30 125   -0,37   -0,30%
  • IDXQ30 142   -0,05   -0,04%

BI Tahan Suku Bunga Acuan, Ini Dampaknya ke Pasar Obligasi


Kamis, 23 Juni 2022 / 18:28 WIB
BI Tahan Suku Bunga Acuan, Ini Dampaknya ke Pasar Obligasi
ILUSTRASI. Obligasi


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di saat bank sentral global ramai-ramai menaikkan suku bunga, Bank Indonesia justru masih mempertahankan suku bunga BI 7 Day Reverse Repo Rate di level 3,5%. Selain menahan suku bunga acuan, BI juga menahan suku bunga deposit facility di level 2,75% dan suku bunga lending facility di 4,25%. 

Keputusan BI ini sejalan dengan perlunya BI dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah rupiah, tingkat inflasi, serta mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah tingginya tekanan risiko stagflasi di berbagai negara. 

Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management Reza Fahmi mengungkapkan, harga mayoritas Surat Berharga Negara (SBN) kembali ditutup melemah setelah BI memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga acuannya. 

Baca Juga: Membedah Outlook Pasar Obligasi Indonesia di Tengah Tren Kenaikan Suku Bunga Global

Hal ini disebabkan mayoritas investor yang cenderung melepas SBN, ditandai dengan kembali naiknya imbal hasil (yield). 

“Sementara itu, yield US Treasury yang cenderung kembali menguat pada perdagangan akhir pekan ini turut menjadi sentimen negatif untuk pasar SBN,” kata Reza ketika dihubungi Kontan.co.id, Kamis (23/6).

Pasca keputusan BI tersebut, Reza melihat investor sepertinya akan mengambil posisi wait and see terlebih dahulu. Hal ini terlihat ada peningkatan risk averseness para investor yang tercermin dari meningkatnya kembali Credit Default Swap (CDS) Indonesia serta terus berkurangnya porsi kepemilikan investor asing pada SBN.

Dengan kondisi tersebut, Reza menyarankan para investor juga untuk ikut wait and see terlebih dahulu untuk melihat perkembangan pasar ke depan. Selain itu, investor bisa mengamankan portofolionya di tengah kondisi yang cenderung volatile ini.

“Investor bisa alihkan portofolio ke obligasi yang bertenor pendek, atau dipindahkan ke aset yang lebih aman,” imbuhnya.

Hingga akhir tahun nanti, Reza optimistis yield SBN acuan 10 tahun bisa kembali turun ke bawah level 7%. Menurutnya hal ini bisa terjadi ketika ketidakpastian global mulai mereda. 

Baca Juga: Rilis Obligasi Berkelanjutan, BRI Paparkan Sektor yang Menjadi Bidikan untuk Dibiayai

Apalagi, Indonesia dari sisi fundamental punya bekal berharga dengan data ekonomi yang solid belakangan ini. 

“Tapi, kemungkinan pada akhir tahun nanti, yield SBN acuan 10 tahun akan berada pada rentang 6,9% - 7,2%,” jelasnya.

Pada Kamis (23/6), yield SBN acuan 10 tahun berada di level 7,43%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×