Reporter: Barratut Taqiyyah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Harga obligasi pemerintah Indonesia berjangka waktu 10 tahun pagi ini (8/10) mencatatkan kenaikan. Kondisi itu menyebabkan tingkat yield obligasi jatuh ke level terendah dalam dua pekan terakhir.
Berdasarkan data Inter Dealer market Asseociation yang dihimpun Bloomberg, pada pukul 09.48 WIB, tingkat yield obligasi pemerintah dengan kupon 5,625% yang jatuh tempo pada Mei 2023, menurun sebesar satu basis poin menjadi 8,1%. Ini merupakan level terendah sejak 25 September lalu. Dengan demikian, sepanjang bulan ini, penurunan tingkat yield sudah mencapai 41 basis poin.
Penurunan tingkat yield terjadi sebelum Bank Indonesia menggelar pertemuan untuk menetapkan suku bunga acuan pada hari ini. Beberapa ekonom memperkirakan, kali ini Bank Indonesia akan menahan BI rate di level 7,25%.
Ekonom PT Bank Mandiri Tbk Destri Damayanti memperkirakan, BI akan menahan BI rate di level itu lantaran angka inflasi, trade balance atau neraca perdagangan dan cadangan devisa atau foreign exchange reserves per akhir September 2013 dalam kondisi bagus.
"Jadi belum perlu naikkan BI rate saat ini," ujar Destri melalui pesan singkat kepada KONTAN, Selasa (8/10).
Meski begitu, lanjut Destri, untuk memberikan sinyal bahwa BI tetap menaruh perhatian pada pertumbuhan kredit yang masih pesat, kemungkinan bank sentral Indonesia itu akan menaikkan fasbi rate sebesar 25 bps.
Sementara itu, nilai kontrak forward rupiah mencatatkan pelemahan pagi ini. Nilai tukar kontrak rupiah di pasar non deliverable forwards (NDF) untuk pengantaran satu bulan ke depan melemah 0,4% menjadi 11.365 per dollar AS. Ini merupakan pelemahan terbesar sejak 30 September lalu. Nilai kontrak NDF lebih kuat 1,5% dibanding nilai rupiah di pasar spot yang pagi ini melemah 0,1% menjadi 11.540 per dollar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News