kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

BI: Jokowi effect itu hanya sentimen pasar


Senin, 17 Maret 2014 / 08:42 WIB
BI: Jokowi effect itu hanya sentimen pasar
ILUSTRASI. Film Smile, film horor thriller terbaru yang tayang di tahun 2022 dan cocok dijadikan hiburan saat halloween tiba.


Sumber: Kompas.com | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. Sesaat setelah deklarasi Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo atau Jokowi menjadi calon presiden dari PDI Perjuangan (PDI)), indeks harga saham gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah mengalami penguatan.

Rupiah menguat ke level Rp 11.300-an setelah sempat melemah ke kisaran 11.400 Jumat lalu (14/3). Sementara Indeks Harga Saham Gabungan ditutup menguat 3,22% atau 152,47 poin menjadi 4.878,64 di akhir pekan lalu.

Meskipun demikian, Bank Indonesia (BI) memandang, penguatan IHSG dan rupiah hanya sentimen para pelaku pasar. "Ini kan sentimen pasar. Ini kan confidence-nya investor saja. Kalau rupiah kuat, kita intervensi. Yang penting stabilitas (rupiah)," kata Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Peter Jacobs kepada wartawan di Kantor Pusat BI, Jumat (14/3).

Peter mengaku, bank sentral memandang kondisi tersebut merupakan sentimen positif investor yang melihat pencapresan Jokowi merupakan angin segar bagi perekonomian. Namun demikian, BI hanya memonitor perkembangan yang terjadi.

"Kalau dari BI sendiri, BI memonitor saja. Mengamati perkembangan pasar. Yamg pasti belum ada kebijakan-kebijakan dari BI terkait perkembangan terakhir ini," ujarnya.

Penguatan nilai tukar rupiah, kata Peter, terjadi pula sebagai dampak intervensi bank sentral terhadap nilai tukar. Meskipun saat ini nilai tukar rupiah mengalami tren peningkatan, bank sentral tetap menjaga kondisi rupiah.

Lebih lanjut, Peter mengungkapkan BI berharap penguatan nilai tukar rupiah akan berlangsung secara kontinyu. Sehingga, akan berdampak pada perbaikan ekonomi nasional. "Harapan kita di BI ini tetap sustainable sehingga pasar akan terus sehat dan bagus," kata dia. (Sakina Rakhma Diah Setiawan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×