Reporter: Nur Qolbi | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Berbeda dengan sejumlah ekonom yang memproyeksikan pemulihan ekonomi mengikuti pola huruf U, Z, L atau W, Budi meyakini bahwa polanya membentuk huruf K. Pasalnya, investor global menyakini, profil dunia setelah pandemi Covid-19 bakal berubah drastis.
Hal ini terlihat pada saham sektor teknologi informasi dan layanan digital seperti Apple, Amazon, Microsoft, Nvidia, PayPal, dan Netflix yang meroket. Sementara saham perminyakan Exxon Oil, keuangan JP Morgan Chase dan Wells Fargo, serta penerbangan Boeing terjerembab.
"Perbedaan kinerja tajam ini mirip seperti huruf K. Hal yang sama bisa terjadi di Indonesia dengan sejumlah keunikan," ucap Budi.
Menurut dia, saham telekomunikasi nasional ternyata baru dianggap kuat pada digital backbone, belum digital services. Ketika terjadi Pembatasan Sosial Bersakala Besar (PSBB) lanjutan, lini bisnis utama yang masih ditopang percakapan suara dan SMS mengalami penurunan.
Baca Juga: Bahana TCW: Reksadana offshore tetap menarik meski dolar AS melemah
Sementara itu, saham sektor konsumsi bisa diuntungkan dengan percepatan pencairan dana bantuan sosial. Saham perbankan dapat diuntungkan setelah bank-bank menekan bunga deposito dan menempatkan kelebihan likuiditas yang tidak dapat disalurkan sebagai kredit dalam SBN sehingga kepemilikan mereka melebihi investor asing. Sementara prospek saham crude palm oil (CPO) ditopang oleh perekonomian China yang terus menguat.
Budi menilai, pelemahan rupiah saat ini berlebihan dan berharap bisa menguat hingga akhir tahun. Arus masuk modal asing juga tetap diharapkan, mengingat suku bunga di luar negeri saat ini terbilang yang terendah sepanjang sejarah sebagai dampak stimulus masif berbagai bank sentral.
Selanjutnya: Bahana TCW sebut burden sharing bakal bangkitkan daya tarik SBN
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News