Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Direktur Utama Waskita Karya, Destiawan Soewardjono menargetkan, posisi keuangan perusahaan bisa membaik di 2023. Yakni dengan memprediksi tingkat kerugian perusahaan turun sebesar 20% dari kerugian yang dialami di 2022.
"Kerugian Waskita trennya semakin menurun. Saya memang berharap 2023 (kinerja) sudah ke atas lagi, sudah take off, sudah terbang, atau sudah mulai rebound," jelas Destiawan saat menggelar konferensi pers di Singapura, Jumat (16/12/2022).
Untuk mencapai target tersebut, Waskita memang sudah mendapatkan sejumlah proyek, baik itu proyek internasional maupun proyek domestik.
Proyek internasional
Ada dua proyek internasional yang saat ini menjadi pegangan Waskita. Pertama adalah proyek jalan di Sudan Selatan sepanjang 1.000 kilometer (Km).
"Harapannya target internasional Waskita disupport oleh proyek di Sudan Selatan. Pemerintah Sudan Selatan sudah mempercayai Waskita karena melihat Waskita memiliki prospek bagus. Tim manajemen dan tim proyek Waskita juga cukup solid untuk itu," paparnya.
Baca Juga: Waskita Karya (WSKT) Raup Untung Rp 200 Miliar dari Divestasi Saham JSB
Menurut Destiawan, total kontrak proyek Sudan Selatan mencapai US$ 1,8 miliar atau sekitar Rp 25 triliun untuk 5 tahun.
Proyek ini menggunakan skema barter, di mana nantinya proyek didanai oleh uang dari hasil pembelian minyak Pertamina dari Sudan. Itu artinya, Waskita akan menerima uang tunai dari Pertamina.
Dijelaskan pula, proyek ini didasarkan pada dana tunai yang masuk ke perusahaan.
"Waskita mendapat uang muka, misal 30%, kita mengerjakan 30% dulu sampai masuk payment berikutnya, baru kita kerja lagi," jelasnya.
Dengan demikian, pengerjaan proyek tersebut sangat tergantung dari pemerintah Sudan.
"Jika minyak sudah terkirim, Pertamina membayar, nanti uangnya kita pakai untuk kerja," imbuh Destiawan.
Baca Juga: Waskita Karya (WSKT) Kejar Pembayaran Termin Proyek
Rencananya, pengiriman minyak dilakukan setiap 3 bulan, dengan total minyak mencapai 900.000 barel.
Kontrak kerja untuk proyek Sudan Selatan berlaku efektif jika Pertamina sudah menerima pengiriman minyak.
Saat ini, Pertamina masih harus menyelesaikan sejumlah proses penyelesaian kontrak. Setelah kontrak selesai, baru nanti proses pengiriman bakal dimulai 3 bulan ke depan.
Kontrak Waskita untuk proyek Sudan Selatan sendiri sudah ditandatangani pada 20 september 2022 lalu di New York. Jika Pertamina sudah menandatangani kontrak, nantinya kontrak-kontrak tersebut akan dijadikan satu menjadi kontrak induk.
"Jadilah skema barter tadi," katanya.
Proyek internasional kedua adalah pembangunan jalan di Timor Lester dengan nilai kontrak mencapai US$ 20 juta atau setara dengan Rp 250 miliar.
Destiawan mengatakan, kontribusi proyek Sudah Selatan dan Timur Leste terhadap pendapatan perusahaan masing-masing mencapai 5% dan 2%.
Proyek domestik
Salah satu proyek domestik andalan Waskita adalah proyek Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. Untuk tahun depan, Waskita akan menggarap Gedung Sekretariat Negara dengan nilai kontrak Rp 1,3 triliun.
"Untuk proyek gedung Sekretariat Negara, Waskita menanganinya sendiri," jelas Destiawan.
Selain itu, ada juga proyek jalan tol di IKN dengan nilai kontrak Rp 2,6 triliun. Proyek ini dikerjakan secara konsorsium antara Waskita bersama Modern Group dan PT Nindya Karya.
Baca Juga: Neraca Waskita Karya (WSKT) Kian Sehat Berkat Suntikan Modal
"Dalam proyek ini, Waskita dapat bagian 40% dan bertindak sebagai leader konsorsium," paparnya.
Waskita juga memiliki target penambahan proyek IKN, seperti perumahan menteri, mesjid, ada lima perumahan menko, dan dormitory atau perumahan untuk ASN.
"Pokoknya, setiap tender yang ada di sana kita akan ikut," jelasnya.
Tahun depan, Waskita juga menargetkan penyelesaian jalan tol, yakni Tol Bocimi (Bogor-Ciawi-Sukabumi) dan Tol Kapal Betung (Kayu Agung-Palembang-Betung).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News