Reporter: Grace Olivia | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kompak dengan sesama logam industri lainnya, harga aluminium terus bergerak turun. Di tengah sentimen perang dagang yang menekan, aluminium juga diproyeksi mengalami oversuplai di semester kedua tahun ini.
Mengutip Bloomberg, Jumat (22/6), harga aluminium kontrak pengiriman tiga bulanan di London Metal Exchange (LME) ditutup di posisi US$ 2.175 per metrik ton atau turun 0,18% dibanding hari sebelumnya. Dalam sepekan, harga aluminium turun 1,32%.
Pelemahan harga aluminium terjadi menyusul proyeksi Shanghai Metal Market (SMM) terhadap potensi peningkatan kapasitas produksi China mulai Juli nanti. Proyeksinya, produsen di Negeri Panda tersebut berpeluang menambah kapasitas produksi hingga 4,1 juta ton hingga akhir 2018.
Sentimen penambahan kapasitas produksi aluminium tersebut tentu menambah tekanan pada harga aluminium di tengah eskalasi tensi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. "Kita tahu, AS akan segera membatasi investasi China di perusahaan teknologi AS. Ini jadi sentimen buruk buat perekonomian China," ujar Ibrahim, Direktur Garuda Berjangka, Senin (25/6).
Tak cuma itu, AS juga berencana memberlakukan tarif impor mobil ke Uni Eropa sebesar 10%. Menurut analis Asia Tradepoint Futures Deddy Yusuf Siregar, meski belum final, kebijakan tersebut berpotensi menurunkan permintaan mobil Eropa yang berimbas ke berkurangnya permintaan terhadap logam bahan baku mobil, antara lain aluminium.
Adapun, Ibrahim memproyeksi, di kuartal ketiga harga aluminium kemungkinan masih cukup volatile. "Semuanya tergantung capaian solusi perang dagang," kata Ibrahim. Menurut perhitungan Ibrahim, harga aluminium akan berada di kisaran US$ 2.100-US$ 2.210 sepanjang kuartal III-2018 mendatang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News