Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga aluminum masih konsisten naik karena neraca perdagangan China surplus. Berdasarkan data Bloomberg, harga aluminium, Kamis (10/5) naik 0,36% di US$ 2.366 per metrik ton. Sementara selama sepekan harga aluminium sudah naik sekitar 4%.
Analis PT Asia Tradepoint Futures Andri Hardianto mengatakan, pelaku pasar merespon positif neraca perdagangan China yang surplus sehingga harga aluminium masih menghijau.
Nerca perdagangan China peridoe April 2018 tercatat surplus US$ 22,19 miliar. Sementara, surplus neraca perdagangan China bulan sebelumnya hanya US$ 15,43 miliar. Surplusnya neraca perdagangan China salah satunya didorong dari ekspor aluminium China yang juga meningkat.
"Neraca perdagangan China direspons positif pelaku pasar dan membuat harga logam industri termasuk aluminium jadi ikut naik," kara Andri.
Andri menjelaskan ekspor aluminium China bisa meningkat karena terjadi kekosongan pasokan aluminium global akibat AS yang menerapkan sanksi pada perusahaan aluminium terbesar, yaitu United Co Rusal.
Pasokan aluminium yang berkurang juga sempat membuat harga aluminium melonjak cukup signifikan. Kondisi ini juga yang membuat China gencar mengekspor aluminium. Tercatat jumlah ekspor aluminium dari China meningkat mencapai 451.000 metrik ton. Angka ini naik 0,2% dari bulan lalu yang sebanyak 450.000 metrik ton.
Sentimen lain yang membuat harga aluminium melaju dalam tren naik adalah masih berlanjutnya perundingan kesepakatan perang dagang AS dan China. "Perundingan antara delegasi AS dan China dalam membahas perang dagang direspons positif pelaku pasar dan harga aluminum masuk tren kenaikan," kata Andri.
Andri mengatakan dengan mulai masuknya pasokan aluminium dari China maka pergerakan harga aluminium ke depan akan dipengaruhi dari sisi permintaan global. Andri memproyeksikan permintaan aluminium masih akan positif karena kawasan negara di Asia masih gencar membangun infrastruktur dan mengembangkan industri otomotif. "Tidak ada perubahan proyeksi permintaan, tahun ini masih cukup bagus," kata Andri.
Namun, dengan kondisi dollar AS yang semakin menguat, maka Andri memproyeksikan pertumbuhan harga aluminium tidak akan melonjak signifikan seperti saat sentimen sanksi AS muncul.
Pada perdagangan, Jumat (11/5) Andri memproyeksikan harga aluminium berada di rentang US$ 2.370 per metrik ton-US$ 2.400 per metrik ton. Sedangkan selama sepekan depan harga aluminium diproyeksikan berada di US$ 2.350-US$ 2.430 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News