Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Yudho Winarto
Tahun depan, BRPT juga akan mengerjakan banyak proyek, termasuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Jawa 9 dan 10 yang sedang berlangsung pembangunannya. Proyek yang kabarnya berkapasitas 2X1.000 MW berlokasi di Suralaya, Banten.
Sukarno menilai, proyek PLTU bakal memberikan sentimen positif bagi recurring income emiten tersebut. Bahkan, dia menilai beban dana ekspansi untuk BRPT ke depan dinilai masih dalam kategori wajar atau tidak berdampak signifikan.
"Itu karena, BRPT memiliki cash ratio yang cukup tinggi, yang artinya tidak masalah untuk cashflow perusahaan," ungkap Sukarno.
Baca Juga: Saham big cap: IHSG reli, UNVR drop 4 hari, BBCA, BBRI, BRPT, HMSP naik 3 hari
Hanya saja, Sukarno memprediksi proyek PLTU kemungkinan baru akan beroperasi secara komersial di akhir 2021. Alhasil, efek positif dari proyek tersebut kemungkinan baru akan dirasa di penghujung 2021.
Adapun sentimen yang berpotensi mengganjal kinerja BRPT ke depan menurut Sukarno, yakni saat harga komoditas mulai kembali melanjutkan tren penguatan. Kondisi tersebut berpotensi memperlebar beban biaya produksi BRPT ke depan.
Kendati demikian, harapannya pemulihan ekonomi ke depan bisa menstabilkan tantangan tersebut. Dengan begitu, prospek kinerja BRPT untuk terus bertumbuh tetap terbuka.
Untuk itu, dia merekomendasikan beli dengan target harga Rp 1.485 per saham. Sedangkan Lee merekomendasikan hold dengan target harga Rp 700 per saham dalam risetnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News