kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Berpotensi jadi lelang terakhir, SUN pekan depan diprediksi bakal ramai diburu


Jumat, 15 November 2019 / 17:49 WIB
Berpotensi jadi lelang terakhir, SUN pekan depan diprediksi bakal ramai diburu
ILUSTRASI. Petugas memantau grafik pergerakan penjualan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Dealing Room Divisi Tresuri BNI, Jakarta, Jumat (27/9/2019). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 33,45 poin atau 0,54% ke 6.196,89.


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lelang surat utang negara (SUN) yang bakal digelar pekan depan, diprediksi Head of Investment Avrist Asset Management Farash Farich sebagai lelang terakhir di 2019. Untuk itu, penawaran lelang SUN diperkirakan masih akan ramai dilirik investor.

"Ada kemungkinan ini menjadi lelang terakhir di tahun ini, plus ekspektasi kalau Bank Indonesia (BI) bakal pangkas suku bunga acuannya sekali lagi," ujar Farash kepada Kontan, Jumat (15/11). 

Baca Juga: Ramai peminat, lelang SUN pekan depan diprediksi bisa tembus Rp 50 triliun

Berkaca dari kondisi tersebut, Farash optimistis penawaran SUN masih akan tinggi. Di mana, potensi penawaran yang masuk bakal berada di atas rata-rata Rp 50 triliun. 

Untuk seri yang bakal ramai dibidik investor, diperkirakan seri-seri yang bakal menjadi benchmark atau acuan di tahun depan, seperti FR0082 yang menawarkan kupon 7% dan bakal menjadi benchmark yield 10 tahun, FR0081 dengan kupon 6,5%, dan FR0083 yang menawarkan kupon 7,5% dengan tenor 20 tahun. 

Farash menjelaskan, untuk yield acuan 10 tahun saat ini sudah mengalami kenaikan. Bahkan spreadnya juga melebar dengan US Treasury, di mana sebelumnya sempat hanya berjarak 500 basis poin (bps). 

Baca Juga: Seri FR0082 bakal jadi primadona lelang SUN pekan depan

Selain itu, beberapa faktor yang menjadi acuan prospek obligasi ke depan diprediksi masih stabil. Di antaranya seperti pergerakan kurs rupiah yang, inflasi yang masih rendah, budget defisit yang masih on track, serta kondisi ekonomi global yang diprediksi masih mengalami pelambatan. 

"Plus, yield Indonesia juga masih menarik dibandingkan negara emerging market lainnya seperti Mexico, Brasil, India, Rusia dan Filipina," paparnya.




TERBARU

[X]
×