Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Yuwono Triatmodjo
JAKARTA. Beleid mobil murah ramah lingkungan alias low cost green car (LCGC) membawa angin segar bagi PT Selamat Sempurna Tbk (SMSM). Maklum, Kementerian Perindustrian (Kemperin) bakal mewajibkan produk LCGC memenuhi kandungan lokal hingga 80%.
Rencananya, Kemperin akan mengatur lebih detail lewat Peraturan Menteri Perindustrian, sebagai penjabaran Peraturan Pemerintah Nomor 41/2013 tentang penerapan pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) LCGC.
Joko Sogie, analis Danareksa Sekuritas menilai, jika jadi diterapkan, beleid kandungan lokal itu menjadi angin segar bagi SMSM. Produsen radiator dan filter otomotif itu bakal mendapatkan order berlimpah dari agen tunggal pemegang merek (ATPM) yang memproduksi LCGC.
Selain itu, SMSM juga punya modal kuat guna memenuhi order produsen LCGC tersebut. "SMSM memiliki relasi baik dengan ATPM besar, seperti Toyota, Daihatsu, dan Suzuki yang akan segera meluncurkan produk LCGC," kata Joko, Rabu (4/9).
Kapasitas produksi filter maupun radiator SMSM masih lebar, seiring ekspansi yang dilakukan tahun 2010 silam. Di akhir 2012, utilisasi produksi produk filter SMSM masih 54% dari total kapasitas yang tercatat 96 juta unit.
Pun demikian dengan utilisasi produksi radiator berbasis aluminium yang baru 47% dari total kapasitas sebanyak 1,5 juta unit. Bahkan, utilisasi produksi radiator berbasis tembaga masih 13% dari total kapasitas 450 ribu unit. "Kapasitas ini diperkirakan masih sangat kuat minimal hingga tahun 2015," terang Joko.
Produksi bakal bertambah seiring selesainya pembangunan pabrik baru anak usaha SMSM, PT Tokyo Radiator Selamat Sempurna (TRSS) yang berlokasi di Tangerang.
Pabrik tersebut telah beroperasi secara komersial Juni 2013. Pabrik ini memiliki kapasitas produksi 150.000 unit radiator per tahun dan 125.000 unit intercooler per tahun. Hingga akhir 2013, TRSS diharapkan mampu memberikan kontribusi produksi 30.000 unit-40.000 unit radiator.
Bahan baku impor
Potensi berkah dari ketentuan kandungan lokal LCGC tak lantas membuat roda bisnis SMSM melaju mulus. Tantangan itu berupa aturan anti-dumping produk baja yang diterapkan Indonesia, sebagai usaha untuk memproteksi produsen baja domestik.
Salah satu kebijakan konkret dari anti-dumping adalah dinaikkannya bea masuk baja impor dengan variasi beragam. Sialnya, mayoritas bahan baku baja yang digunakan SMSM masih diimpor dari luar negeri, yakni dari Korea Selatan. Manajemen SMSM menyebutkan belum bisa memakai baja domestik karena kualitasnya masih di bawah ekspektasi.
Terhadap saham SMSM, Joko hanya merekomendasikan hold dengan target harga Rp 2.850 per saham. Sementara Hadi Soegiarto, analis CIMB Securities memilih merekomendasikan neutral saham SMSM dengan target harga Rp 2.700 per saham.
Namun, Nicholas Nugroho, analis Deutsche Bank masih merekomendasikan buy saham SMSM. Nicholas memberikan target harga SMSM di posisi Rp 2.950 per saham.
Hingga akhir perdagangan, Rabu (4/9), harga SMSM ditutup menguat 1% ke level Rp 2.525 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News