kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Berkah deflasi bagi emiten konsumer


Senin, 05 Mei 2014 / 06:30 WIB
Berkah deflasi bagi emiten konsumer
ILUSTRASI. Promo GrabFood NoBar yang berkolaborasi bersama restoran Wingstop, Carls Jr, dan Chatime hadirkan aneka diskon murah meriah


Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Pengumuman deflasi 0,02% selama April 2014 oleh Badan Pusat Statistik (BPS) membawa harapan positif bagi kinerja emiten konsumer. Harga bahan baku, yang diyakini ikut melandai, diharapkan mampu menekan ongkos produksi emiten.

Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada bilang, emiten konsumer akan memperoleh berkah berupa perolehan margin yang lebih tinggi. Terlebih lagi, beberapa emiten sudah mengerek harga produknya di kuartal I-2014. Kata Reza, beberapa emiten bisa mendapat berkah dari kondisi tersebut, semisal PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dan PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA).

Apalagi, "Kebutuhan konsumsi masih akan terus tinggi, terlebih di tahun pemilu," jelas dia, Jumat (2/5). Tengok saja kinerja ICBP di Kuartal I-2014. Margin laba emiten Grup Salim ini mesti tergerus menjadi 9,4%, dari sebelumnya 10,6%. Penyebabnya tak lain karena lonjakan harga beban pokok penjualan sebesar 13%.

Analis BNI Securities Ankga Adiwirasta mengingatkan, persoalan utama emiten konsumer adalah ancaman fluktuasi nilai tukar rupiah. "Kalau BI rate bisa dipertahankan di level saat ini, akan bagus dampaknya," tutur Ankga.

Deflasi, lanjut Ankga, semestinya akan menahan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate). Ankga berharap, nilai tukar rupiah bisa lebih stabil pada tahun ini. "Pemerintah seharusnya sudah lebih sigap mengantisipasi. Nilai tukar kami prediksikan di level Rp 11.800 per dolar di akhir tahun," ucap Ankga.

Belum lagi persoalan kenaikan tarif listrik yang mulai berlaku bertahap sejak 1 Mei 2014. Itulah sebabnya langkah PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) yang mulai menaikkan harga produk di kisaran 4%-5% pada Maret lalu dinilai sebagai cara efektif untuk memulihkan margin laba yang sempat anjlok. Untuk lebih memberikan nilai positif, emiten konsumer juga giat menerapkan strategi diversifikasi produk. Ambil contoh, AISA, yang mulai menekuni bisnis susu (dairy).

Dengan demikian, bila saja bisnis beras mengalami perlambatan, AISA masih akan tetap mengail cuan dari bisnis dairy itu. Saat ini AISA memang masih tercatat sebagai pemain nomor satu di bisnis beras. Saat ini, Ankga merekomendasikan buy saham UNVR, INDF, dan AISA. Target harga UNVR dipatok di Rp 34.250, INDF Rp 7.600, dan AISA Rp 2.800.

Sementara, Reza merekomendasikan buy saham ICBP dengan target harga Rp 11.000 dan KLBF di kisaran Rp 1.750 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×