Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Tendi Mahadi
Sukarno memberikan rekomendasi trading buy untuk saham-saham tersebut. Pelaku pasar bisa memperhatikan sinyal teknikal untuk kembali masuk di saham-saham tersebut.
“Terutama saham konstruksi sudah menunjukkan sinyal buy kembali dan dalam tren kenaikan. Sovereign wealth fund (SWF) menjadi sentimen tambahan untuk sektor konstruksi,” ujarnya.
Sedangkan, emiten yang tidak diuntungkan dengan penguatan rupiah yaitu emiten yang berorientasi pada ekspor seperti emiten garmen. Misalnya saja PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL), Pan Brothers Tbk (PBRX), PT Trisula Textile Industries Tbk (BELL), dan PT Ever Shine Tex Tbk (ESTI). Sukarno menambahkan, meski tak diuntungkan dengan menguatnya rupiah, akan tetapi saham-saham ini memiliki prospek yang cukup baik.
Baca Juga: Bursa Asia drop, IHSG memimpin penurunan dipicu pembatasan Jawa-Bali
Di lain sisi, Analis Philip Sekuritas Indonesia Anugerah Zamzami Nasr mengungkapkan penguatan rupiah akan memberikan dampak positif bagi beberapa sektor tertentu apabila terjadi secara terus-menerus.
“Jika penguatan berlanjut, maka dampak positif bisa menuju sektor yang banyak impor bahan baku, sehingga mereka beli bahan baku lebih murah. Dan emiten yang punya banyak utang denominasi USD, sehingga mereka bayar utang dengan lebih murah,” jelas Zamzami.
Ia menambahkan, emiten yang banyak melakukan impor bahan baku seperti sektor farmasi, otomotif KLBF dan ASII. Sementara emiten yang banyak utang USD yakni dari sektor properti seperti LPKR, ASRI, dan PWON.
Selanjutnya: Pemerintah resmi perketat PSBB, bagaimana dampaknya bagi IHSG ke depan?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News