Reporter: Namira Daufina, Widiyanto Purnomo | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) melemah di awal pekan. Di pasar spot Senin (30/3), rupiah terhadap USD naik 0,08% dibandingkan dengan hari sebelumnya ke Rp 13.075. Sedangkan kurs tengah Bank Indonesia (BI) memperlihatkan rupiah terdepresiasi 0,16% menjadi 13.086.
Faisyal, Research and Analyst PT Monex Investindo Futures, menjelaskan, rupiah melemah karena keperkasaan dollar. Senin (30/3) pukul 16.30 WIB, indeks dollar bertengger di level 97,60 atau naik 0,32% dari hari sebelumnya.
"Kenaikan ini karena pernyataan Gubernur The Fed, Janet Yellen yang menegaskan komitmen kenaikan suku bunga AS tetap terjaga di tahun ini," kata Faisyal.
Dengan pernyataan hawkish Yellen, optimisme pasar akan kenaikan suku bunga AS kembali terbangun. Rilis data personal spending AS Februari 2015 naik menjadi 0,3%, dari sebelumnya 0,2%. Data ekonomi ini juga menopang penguatan dollar AS.
Di sisi lain, keadaan ekonomi dalam negeri justru melemahkan pertahanan rupiah. "Keputusan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) membuat tingkat inflasi Indonesia berpeluang naik," jelas Faisyal.
Sebelumnya BI juga sudah memprediksi, inflasi Indonesia bulan Maret 2015 akan meningkat. Apalagi ada wacana yang beredar bahwa kenaikan harga BBM masih akan berlanjut. Ini akan memberikan tekanan terhadap rupiah. "Rupiah akan melanjutkan pelemahan pada Selasa (31/3)," kata Faisyal.
Ekonom Bank Central Asia David Sumual juga melihat, pelemahan rupiah terkait penguatan dollar pasca pidato Yellen akhir pekan lalu. David memprediksi hari ini rupiah akan bergerak konsolidasi. "Jika ada pelemahan sifatnya terbatas," kata David.
Prediksi David, rupiah akan bergerak di kisaran antara Rp 13.050-Rp 13.100 per dollar AS pada hari ini. Sedangkan Faisyal memperkirakan, rupiah bergulir di kisaran Rp 13.000-Rp 13.150 per dollar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News