Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri semen nasional mulai menunjukkan sinyal pemulihan sering dengan volume penjualan yang membaik. Walau demikian, kinerja emiten semen pada tahun ini belum akan bisa melampaui perolehan sebelum pandemi, atau pada 2019 silam.
Analis Samuel Sekuritas Yosua Zisokhi mengungkapkan, secara industri, penjualan semen secara nasional mengalami perbaikan dibanding tahun lalu di mana sepanjang semester I-2021 ini naik 7,3% secara year on year (yoy).
Sementara secara regional, ia menyebut, seluruh daerah sudah mengalami pertumbuhan penjualan, kecuali DKI Jakarta dan Jawa Timur yang memang terdampak oleh kasus Covid-19 yang tergolong paling tinggi.
Namun, Yosua melihat, pemberlakuan PPKM Darurat sejauh ini, serta masih tingginya angka kasus Covid-19, akan berpotensi kembali menjadi katalis negatif bagi industri semen.
Baca Juga: Naik 20,54%, laba Indocement (INTP) sentuh Rp 586,57 miliar pada semester I
“Hal tersebut membuat adanya potensi penurunan konsumsi semen di kuartal III-2021. Sehingga jika diakumulasikan, pertumbuhan konsumsi semen nasional dapat tertahan hingga akhir tahun,” kata Yosua kepada Kontan.co.id, Jumat (30/7).
Sementara dari sisi risiko, menurutnya, masing-masing penjualan segmen sejauh ini cukup diselimuti bayangan sentimen negatif. Pada segmen housing market dan ritel yang membeli semen sak (bagged cement), saat ini daya beli masyarakat cenderung masih tertekan. Padahal, daya beli masyarakat merupakan poin utama dalam pertumbuhan konsumsi semen.
Lalu, untuk segmen bulk cement yang dibeli untuk keperluan infrastruktur, dari segi konsumsi punya ketergantungan pada pembangunan infrastruktur pemerintah. Oleh sebab itu, jika rencana pembangunan ada yang diundur, maka konsumsi semen pada sektor ini juga akan ikut berkurang.
“Dengan pandangan bahwa penjualan semen akan terkoreksi di kuartal III-2021, maka pandangan kami lebih baik menghindari dulu saham-saham semen. Dampak pandemi akan cukup terasa bagi industri ini, seperti yang terjadi pada awal pandemi di tahun lalu,” imbuh Yosua.
Baca Juga: Laba bersih Indocement (INTP) naik 20,5% pada semester I 2021
Walau demikian, ia meyakini dari sisi kinerja keuangan, setidaknya emiten sektor semen akan lebih baik dibanding tahun lalu. Hanya saja, perolehan tersebut belum akan pulih layaknya level sebelum pandemi, atau di bawah pencapaian 2019.
Saat ini, Samuel Sekuritas menjadikan PT Indocement Tunggal Perkasa Tbk (INTP) sebagai top pick mereka. “INTP punya strategi zero leverage yang memungkinkan ketika ada kendala volume atau harga jual sedang melemah, margin keuntungan masih dapat dijaga,” tutup Yosua.
Selanjutnya: Begini proyeksi pasar saham jika pemerintah melonggarkan PPKM level 4
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News