Reporter: Yuliana Hema | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Sementara, Analis Sucor Sekuritas Paulus Jimmy menjelaskan volatilitas GOTO terhadap IHSG ini bersifat netral. Dia mencermati beberapa waktu terakhir saham big caps lainnya juga cukup volatile mengikuti sentimen global.
Jika mengintip laporan keuangan GOTO, perusahaan teknologi ini masih mencatatkan rugi bersih sebesar Rp 6,47 triliun di akhir Maret 2022 yang melejit 257,20% dari tahun sebelumnya.
Namun pendapatan bersih GOTO mencapai Rp 1,49 triliun di Kuartal I-2022. Realisasi ini lebih tinggi 65,48% secara tahunan. Perlu diingat catatan kinerja pada tahun sebelumnya hanya laporan dari Gojek.
GoTo mencatatkan proforma margin EBITDA yang disesuaikan sebesar minus Rp 4,5 triliun pada kuartal I-2022. Nilai tersebut melebar 104% dari kuartal I-2021 yang hanya minus Rp 1,9 triliun.
Baca Juga: Begini Strategi Gojek Tokopedia (GOTO) Kejar Keuntungan
Dari kinerja tersebut, Paulus menegaskan meski GOTO masuk jajaran big caps tapi kurang bijak bagi investor untuk menyandingkan dengan saham dengan market cap jumbo dari industri lain.
Secara terpisah, Vice President Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengingatkan dari prospektus penawaran saham perdananya, GOTO menyebutkan masih mencatatkan rugi dan tidak memiliki jaminan akan profit.
Wawan memandang investor yang investasi yang GOTO adalah investor yang percaya pada prospek GOTO, bahwa ke depannya dengan bisnis yang ada atau akan dilakukan itu bisa menghasilkan profit atau mengembangkan aset perusahaan.
Baca Juga: Inilah Sektor Saham Jagoan di Paruh Kedua
“Pergerakan harga GOTO tergantung persepsi pelaku pasar, kalau investor punya persepsi semakin mengarah ke profitable saham GOTO bisa naik seperti sekarang,” kata Wawan.
Serupa, Nico juga bilang bahwa terkait fundamental GOTO kembali kepada persepsi dan ekspektasi pelaku pasar dan investor terhadap saham GOTO. Namun, dia menilai secara jangka pendek masuknya GOTO ke dalam LQ45 menjadi sentimen positif.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News