kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Beralih ke saham, investor lepas SUN jangka pendek


Rabu, 28 Maret 2012 / 11:43 WIB
Beralih ke saham, investor lepas SUN jangka pendek
ILUSTRASI. Legenda sepakbola Brasil, Pele, mendapatkan suntikan vaksin Covid-19


Reporter: Dyah Ayu Kusumaningtyas | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Pasca lelang sukuk negara kemarin, transaksi di pasar sekunder obligasi cenderung sepi. Data Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) memperlihatkan, Pada penutupan perdagangan kemarin (27/3), terjadi kenaikan yield rata-rata untuk obligasi pemerintah bertenor pendek.

"Tekanan di pasar obligasi terlihat dari kenaikan rata-rata yield SUN jangka pendek sebesar 13,2 basis poin (bps), padahal yield rata-rata SUN jangka panjang hanya naik 2,3 bps," kata Tumpal Sihombing, Corporate Secretary IBPA, Rabu (28/3).

Pengamat Fixed Income dari Samuel Securities, Ranialdisyah menduga, adanya kebutuhan likuiditas investor untuk mengalihkan dana ke pasar saham. Inilah yang menyebabkan investor cenderung melepas asetnya di pasar obligasi, khususnya tenor pendek.

"Ada kecenderungan investor mulai mengamankan dananya dengan melakukan trading di pasar saham. Pasalnya, pasar obligasi masih sangat sensitif menjelang pengumuman kenaikan harga BBM bersubsidi dan pengumuman inflasi Maret," urai Ranialdisyah, Rabu (28/3).

Meski begitu, dia melihat, investor sudah mulai mencuri start untuk membeli obligasi pemerintah yang bertenor panjang. Asal tahu saja, kemarin (28/3) harga seri FR0062 bertenor 30 tahun, ditutup naik 108 basis poin (bps) ke level 100, dari 98,92 di hari sebelumnya.

Cenderung wait and see

Namun, kata Ranialdisyah, secara keseluruhan, pasar obligasi masih dihindari seiring menunggu kepastian besaran kenaikan harga BBM bersubsidi. "Investor sepertinya sudah menyadari harga BBM akan naik, hanya memang mereka memerlukan kepastian dari pemerintah sendiri," imbuh Ranialdisyah.

Tumpal menambahkan, aksi wait and see terlihat juga dari spread yield obligasi pemerintah bertenor 2 dan 10 tahun yang menyempit ke kisaran 146 bps per 27 Maret, dibanding hari sebelumnya di posisi 163 bps. "Penantian kepastian kenaikan harga BBM juga terindikasi dari cepatnya kenaikan yield di tenor pendek ketimbang tenor panjang," ujarnya.

Ranialdiasyah memprediksi, sampai akhir pekan, rata-rata harga obligasi negara akan terkoreksi sekitar 50 bps - 100 bps.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×