kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Belum banyak unicorn yang IPO di Indonesia, ini sebabnya


Jumat, 17 September 2021 / 06:34 WIB
Belum banyak unicorn yang IPO di Indonesia, ini sebabnya
ILUSTRASI. Dari lima perusahaan unicorn yang ada di Indonesia saat ini, baru ada satu perusahaan yang melakukan IPO.


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dari lima perusahaan unicorn yang ada di Indonesia saat ini, baru ada satu perusahaan yang melakukan initial public offering (IPO) dan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), yakni PT Bukalapak.com Tbk  (BUKA). Untuk ke depannya, decacorn GoTo dikabarkan berniat melaksanakan IPO dalam jangka waktu dekat hingga menengah. 

Di sisi lain, unicorn Traveloka belum lama ini membatalkan rencana untuk IPO di bursa saham Amerika Serikat (AS) lewat jalur Special Purpose Acquisition Company (SPAC). Sementara itu, belum ada kabar terkait rencana IPO dari tiga unicorn lainnya, yaitu OVO, JD.ID, dan J&T Express.

Kepala Divisi Investment Banking Capital Market 2 Mandiri Sekuritas Primonanto Budi Atmojo mengungkapkan salah satu penyebab belum banyaknya unicorn yang melakukan IPO di Indonesia. Menurut dia, satu hal yang menjadi pertimbangan utama adalah terkait valuasi perusahaan. 

"Para unicorn ini memandang bahwa investor di Asia Tenggara belum begitu mengerti industri berbasis teknologi ini sehingg valuasi yang didapatkan belum bisa optimal. Alhasil, mereka lebih mempertimbangkan untuk menggunakan jalur SPAC di AS," kata Primonanto dalam seminar virtual berjudul Perjalanan Startup Menuju IPO yang diselenggarakan pada Kamis (16/9).

Baca Juga: OJK targetkan aturan multiple voting share rampung akhir 2021, ini rincian rasionya

Kepala Unit Pengembangan Start-up dan SME BEI Aditya Nugraha menambahkan, penyebab lain yang membuat unicorn belum melakukan IPO di Indonesia adalah keberadaan induk perusahaan maupun fund company yang berada di negara berbeda. "Perbedaan lokasi badan hukum ini menjadi salah satu pertimbangan perusahaan, khususnya dari segi ekonomi," ucap Aditya.

Di samping itu, menurut dia, setiap perusahaan memiliki tingkat kesiapan internal yang berbeda-beda hingga bisa mencapai keputusan untuk IPO. Meskipun begitu, Aditya menyampaikan, BEI sangat aktif bertemu dengan satu per satu unicorn dan decacorn di Indonesia untuk mengidentifikasi hal-hal yang menjadi pertimbangan perusahaan untuk bisa melaksanakan IPO lalu tercatat di BEI.

Otoritas pasar modal saat ini juga tengah menyusun regulasi yang dapat semakin menarik minat perusahaan berbasis teknologi untuk IPO di Indonesia. Sebut saja revisi Peraturan Pencatatan di Papan Utama dan aturan Multiple Voting Share (MVWS) atau Saham dengan Hak Suara Multipel (SHSM). BEI juga tengah mempelajari dan mengkaji penerapan SPAC di negara-negara lain.

Baca Juga: Mitratel dikabarkan IPO November, begini valuasi dan efeknya terhadap Telkom (TLKM)

Pada kesempatan yang berbeda, Aditya mengungkapkan, IPO yang dilakukan oleh para unicorn tersebut dapat meningkatkan kapitalisasi pasar atawa market capitalization (market cap) BEI cukup signifikan. Aditya memperkirakan, apabila lima unicorn (termasuk Bukalapak) dan satu decacorn (GoTo) melakukan IPO, maka nilai kapitalisasi pasar modal Indonesia berpotensi meningkat sebesar Rp 553,9 triliun atau 7,69%.

Asal tahu saja, unicorn merupakan istilah bagi startup yang memperoleh nilai valuasi lebih dari sama dengan US$ 1 miliar-US$ 10 miliar. Sementara decacorn merupakan istilah bagi startup yang berhasil memperoleh nilai valuasi lebih dari sama dengan US$ 10 miliar-US$ 100 miliar. 

Baca Juga: Hentikan Negosiasi dengan Bridgetown, Traveloka akan IPO di AS Lewat Cara Tradisional

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×