kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Belanja modal ADRO US$ 150 Juta-US$ 200 juta


Sabtu, 20 April 2013 / 06:34 WIB
Belanja modal ADRO US$ 150 Juta-US$ 200 juta
ILUSTRASI. Rekomendasi teknikal saham INDF, BRMS, dan CTRA untuk hari ini


Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Avanty Nurdiana

JAKARTA. PT Adaro Energy Tbk (ADRO) mencoba menahan ekspansi di tahun ini. Ini nampak dari anggaran belanja modal yang menurun dari tahun sebelumnya. Tahun ini, ADRO mengalokasikan belanja modal US$ 150 juta - US$ 200 juta. Padahal di tahun lalu sampai US$ 500 juta.

Sekretaris Perusahaan Adaro, Devindra Ratzarwin mengatakan, belanja modal itu disiapkan untuk akuisisi lahan dan maintanance. Namun, ia masih belum mau merinci target akuisisi yang akan dilakukan tahun ini. "Kami belum bisa rinci itu, tetapi dananya sebagian dari kas internal," ujar dia, Jumat (19/4).

Devindra mengatakan, saat ini likuiditas Adaro masih kuat. Kas Adaro tercatat US$ 920 juta. Jumlah itu termasuk US$ 420 juta committed funding yang belum digunakan dari pinjaman bank jangka panjang.

Selain itu, Garibaldi Thohir, Presiden Direktur Adaro bilang, saat ini Adaro tengah mencari pinjaman US$ 300 juta - US$ 400 juta. Namun, Adaro masih dalam tahap negosiasi. "Masih belum bisa bilang. Masih proses soal pinjamannya," jelas dia.

Strategi Adaro tahun ini adalah menstabilkan kinerja. Maklum, tahun lalu, produksi dan volume penjualan batubara Adaro turun 1% menjadi 47,2 juta ton. Sementara, volume penjualan batubara turun 4,3% menjadi 48,6 juta ton.Tahun ini, Adaro berharap, produksi batubara mencapai 50 juta - 53 juta ton.

Garibaldi mengatakan, tahun ini Adaro terus melakukan efisiensi. “Saat ini kondisinya back to basic dulu. Kita tahu semua harga batubara sedang tidak bagus," ujar dia. Pria yang biasa disapa Boy Thohir ini mengatakan, ADRO masih belum bisa memperkirakan harga jual batubara di tahun ini.

Boy mengatakan, langkah efisiensi Adaro adalah dengan menjalankan proyek Overburden Out of Pit Crushing and Conveying System (OPCC), yang diperkirakan beroperasi mulai Mei 2013. Proyek OPCC ini akan membantu mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak (BBM). “Efisiensi tentunya kami lagi bangun OPCC, itu dalam rangka untuk saving,” ujar dia.

Perseroan ini juga akan mengurangi rata-rata nisbah kupas (stripping ratio) menjadi 5,65 kali dari tahun lalu yang sekitar 6,4 kali.

Memperkuat pembangkit

Agar tetap mendapat untung, Adaro juga terus menggelar ekspansi dengan membangun pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Adaro tengah mengoperasikan pembangkit listrik mulut tambang berkapasitas 2x30 megawatt (MW) di tahun ini. Boy mengatakan, perusahaannya tidak bisa hanya mengandalkan bisnis batubara. Ke depan, ia menginginkan bisnis Adaro di pembangkit listrik makin kuat.

Adaro juga sedang mengerjakan proyek PLTU di Batang Jawa Tengah. Adaro menargetkan, pengoperasian PLTU Batang pada 2017. Boy bilang, saat ini masih proses pembebasan lahan dan sudah mencapai target 80%. "Ya diharapkan konstruksinya dulu bisa tahun ini," kata dia.

Pembangunan PLTU berkapasitas 2x1000 MW ini untuk penyediaan listrik se-Jawa dan Bali. Adapun pembangunan PLTU merupakan bagian dari skema proyek public private partnership (PPP). "Kami akan menggunakan ultra critical technology di PLTU ini," kata Boy.

Dia bilang, PLTU tersebut menyedot batubara 7,5 juta ton dengan kadar kalori 4.500 kcal per kg dari PT Kaltim Prima Coal dan Adaro. Boy tidak menampik, pembangunan ini masih terhambat izin dan analisa dampak lingkungan. Namun, dia yakin financial closing bisa dilakukan akhir tahun ini.

Proyek ini hasil konsorsium tiga perusahaan Adaro, Electric Power Development Co (J-Power), dan Itochu Corp, dengan nilai investasi US$ 4 miliar.

Analis Panin Sekuritas, Fajar Indra menilai, langkah efisiensi memang tepat bagi ADRO. Sebab, harga jual batubara masih belum bisa menguat seperti tahun 2011. "Paling tidak, harus menstabilkan kondisinya dulu," jelas dia. Sementara itu, hasil proyek PLTU baru berkontribusi jangka panjang.

Menurut dia, perlu diversifikasi usaha selain di pertambangan batubara. Harga ADRO turun 2% ke Rp 1.260 per saham, kemarin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×