Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) kembali membukukan kinerja moderat pada kuartal II-2017. Laba bersih LPKR pada kuartal II-2017 memang melonjak 84,8% year on year (yoy) menjadi Rp 344,7 miliar. Namun, pendapatan tercatat Rp 2,39 triliun atau turun 4,3% yoy.
Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Franky Rivan dalam riset 9 Oktober 2017 menyebutkan, laba kotor dan laba usaha perseroan masing-masing turun sebesar 9,1% dan 33,3% yoy. "Kami baru saja merevisi asumsi penghasilan kami di LPKR, karena kami memperkirakan prospek operasional yang lebih rendah untuk tahun 2017," tulisnya.
Secara keseluruhan, pendapatan dan laba bersih LPKR selama semester I-2017 masing-masing mencerminkan 40% dan 43,4% dari proyeksi akhir tahun Mirae.
Menurut Franky, kinerja LPKR saat ini lebih banyak terpengaruh oleh aktivitas properti. Pada tahun 2015-2016, bisnis perawatan kesehatan memberi kontribusi terbesar pada pendapatan LPKR, mengingat pasar properti sedang lemah. Sementara saat ini, sebagian besar pendapatan perusahaan berasal dari segmen properti. Sebab, anak usaha LPKR di bidang kesehatan yakni Siloam International Hospitals (SILO) mencatat pendapatan Rp 1,3 trilun dan rugi bersih Rp 9,4 miliar pada kuartal II-2017.
Franky melihat beban usaha LPKR meningkat di tengah penurunan pendapatan. Hal ini terjadi seiring dengan aktivitas pemasaran yang cukup agresif untuk proyek andalan perusahaan, yakni Meikarta. Beban iklan dan pemasaran LPKR pada kuartal II-2017 mencapai Rp 84,7 miliar, melonjak signifikan sebesar 140,8% yoy.
"Kami menilai eksposur perusahaan terhadap industri properti mulai meningkat. Industri properti, terutama segmen menengah ke bawah (Meikarta), nampak jauh lebih menguntungkan daripada industri kesehatan saat ini," imbuhnya.
Sementara, lonjakan laba bersih pada kuartal II-2017 terutama didorong oleh pendapatan lain-lain sebesar Rp 315,5 miliar, yakni berasal dari keuntungan forex Rp 125,9 miliar, pendapatan dividen REIT Rp 70,2 miliar, dan keuntungan penjualan barang available-for-sale (AFS) Rp 119,3 miliar. Keuntungan dari AFS berasal dari penjualan aset First REIT.
Sebagai rujukan, kepemilikan LPKR di First REIT mencapai 33% di kuartal I-2017 sebelum terjual sekitar 3,3% pada kuartal II-2017.
Franky mempertahankan rekomendasi trading buy untuk saham LPKR dengan target harga Rp 865 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News