Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. PT Buana Listya Tama Tbk (BULL) belum bisa merealisasikan rencana penggabungan nilai nominal saham alias reverse stock. Bursa Efek Indonesia (BEI) menilai, BULL belum memiliki informasi jelas terkait rencana aksi korporasi usai reverse stock yang bisa meningkatkan nilai perusahaan.
BULL memang berencana merubah nilai nominal sahamnya dengan reverse stock dengan rasio 4:1. Rencana itu tertuang dalam agenda Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) perseroan pada 9 Mei 2016.
Samsul Hidayat, Direktur Penilaian Perusahaan BEI mengatakan, selain belum memiliki rencana aksi korporasi yang jelas untuk meningkatkan nilai perusahaan, BEI juga belum menerima laporan keuangan BULL periode Kuartal III 2015 dan Kuartal IV 2015.
Hal ini membuat BEI merasa tidak memiliki gambaran kegiatan operasional perseroan sampai dengan 31 Desember 2015. Bukan cuma itu saja, saat ini perdagangan saham BULL juga tengah disuspensi oleh BEI karena ada beberapa kewajiban perseroan kepada BEI yang belum diselesaikan, seperti pembayaran sanksi atas keterlambatan penyampaian laporan keuangan itu.
"Berdasarkan hal-hal tersebut, Bursa belum dapat menyetujui rencana perseroan untuk melakukan reverse stock," ujar Samsul, di Jakarta, Kamis (14/4).
Vicky Ganda Saputra, Direktur dan Sekretaris Perusahaan BULL dalam suratnya ke BEI belum lama ini mengatakan, perseroan sedang mempertimbangkan melakukan beberapa aksi korporasi seperti Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) ataupun penggalangan dana dengan cara lain. Namun, sampai saat ini, ia mengaku, perseroan belum dapat memastikan bentuk aksi korporasi yang berakibat terhadap pencatatan saham perseroan tersebut.
Tahun lalu, BULL sudah melakukan reverse stock dengan rasio 1:8. Kala itu, BULL melakukan reverse stock untuk memperbaiki likuiditas sahamnya. Aksi korporasi itu juga dilakukan sebagai salah satu kesepakatan restrukturisasi utang kepada Merril Lynch (Asia Pacific) Limited dan Orchard Centar Master Limited (MLOR).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News