kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.932.000   -33.000   -1,68%
  • USD/IDR 16.605   3,00   0,02%
  • IDX 6.767   17,72   0,26%
  • KOMPAS100 979   5,15   0,53%
  • LQ45 762   4,33   0,57%
  • ISSI 215   0,81   0,38%
  • IDX30 395   2,48   0,63%
  • IDXHIDIV20 471   1,18   0,25%
  • IDX80 111   0,53   0,48%
  • IDXV30 115   0,73   0,63%
  • IDXQ30 130   0,90   0,70%

BEI kecewa kinerja rupiah


Minggu, 24 Januari 2016 / 21:36 WIB
BEI kecewa kinerja rupiah


Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Adi Wikanto

JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) mengatakan data-data ekonomi Indonesia saat ini masih baik, di tengah situasi yang kurang baik pada tahun lalu dan awal tahun ini. 

Pasar saham masih terbilang bagus, bila dibandingkan krisis yang terjadi pada tahun 1998 dan 2008 lalu.

Tito Sulistio, Direktur Utama BEI mengatakan bahwa tahun lalu dan tahun ini kondisi bursa masih baik. 

Dirinya enggan menyebut bahwa tahun lalu hingga awal tahun ini Indonesia sedang berada dalam situasi krisis ekonomi karena data-data ekonomi masih menunjukkan situasi yang terkendali.

"Krisis tahun ini, ya itu pun kalau mau disebut krisis, semua data dan angka ekonomi kita membaik kok. Inflasi 3,2%, growth ekonomi 4,57% lebih besar tanda-tanda ekonomi kita membaik, situasi sekarang ini lebih disebabkan oleh (perlambatan) Tiongkok," ujarnya dalam Capital Market Professional-Development Program (CMP-DP) BEI, Sabtu (23/1).

Situasi sekarang amat sangat berbeda dibandingkan dengan tahun 1998. 

Pada saat itu, 70 perusahaan yang listed di bursa mengalami kerugian, sedangkan tahun lalu hingga kuartal III ada 70 emiten berkapitalisasi besar memperoleh laba. 

Selain itu, tingkat imbal hasil pasar modal Indonesia dalam 10 tahun terakhir juga mencatatan tertinggi di kawasan.

"Kalau lihat tanda-tanda ekonomi ya Pak Jokowi benar, ekonomi kita bagus. Astra itu growth-nya 35%, terbesar pertumbuhannya di dunia. Produk infrastruktur kita sudah siap dan bagus tapi masalahnya ada di stabilisasi dari currency kita," lanjutnya.

Stabilitas kurs Rupiah terhadap mata uang negara lain, khususnya Dolar Amerika Serikat memang sangat dipengaruhi oleh kondisi global. 

Tito percaya pemerintah dan Bank Indonesia (BI) telah dan akan terus berupaya maksimal untuk membuat nilai tukar Rupiah kembali stabil.

"Rentang (spread) antara laju inflasi dengan suku bunga acuan perbankan yang terlalu lebar, sedangkan di negara-negara lain justru menerapkan negatif spread dengan menekan tingkat suku bunga perbankannya demi memacu pertumbuhan ekonominya," lanjutnya.

Selain itu, banyak investor yang masih menunggu kebijakan pemerintah untuk meningkatkan daya beli masyarakat Indonesia.

Jika daya beli masyarakat Indonesia membaik, secara tidak langsung tentunya akan berimbas positif terhadap kenaikan laba emiten di BEI sehingga akan meredam fluktuasi di pergerakan IHSG.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×