CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.527.000   14.000   0,93%
  • USD/IDR 15.675   65,00   0,41%
  • IDX 7.287   43,33   0,60%
  • KOMPAS100 1.121   3,73   0,33%
  • LQ45 884   -2,86   -0,32%
  • ISSI 222   1,85   0,84%
  • IDX30 455   -2,30   -0,50%
  • IDXHIDIV20 549   -4,66   -0,84%
  • IDX80 128   0,06   0,05%
  • IDXV30 138   -1,30   -0,94%
  • IDXQ30 152   -0,90   -0,59%

BEI cermati perseteruan panas AS-Korea Utara


Minggu, 13 Agustus 2017 / 19:16 WIB
BEI cermati perseteruan panas AS-Korea Utara


Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Dessy Rosalina

KONTAN.CO.ID - Perang antara Amerika Serikat dan Korea Utara membawa pengaruh bagi pasar modal Indonesia. Bursa Efek Indonesia (BEI) mencermati, ketegangan geopolitik ini bukan hanya akan mempengaruhi pasar modal Indonesia, namun juga bursa negara lain.

Tito Sulistyo Direktur Utama BEI menyatakan kedua pihak yang bersitegang tersebut merupakan pihak-pihak hebat dan memiliki pengaruh. Hal itu, memberikan efek secara fundamental bagi pasar modal.

"Kalau orang hebat saling berantem, maka akan membingungkan negara lain. Tercipta uncertainty. Pasar modal sangat rentan sekali terhadap uncertainty," kata Tito disela-sela peresmian ikon Banteng Wulung di Jakarta, Minggu (13/8).

Dia menyatakan, saat ketegangan kedua negara berlanjut bursa memberikan respon. Diantaranya seperti indeks harga saham gabungan (IHSG) yang menurun 1,03% pada perdagangan Jumat (11/8) dan berada di zona merah.

"Kemarin semua turun, and nothing we can do. Ketakutan akan uncertanity siapa yang tau? no body knows," kata Tito.

Bukan hanya itu, asing juga masih mencatatkan nett sell asing sebesar Rp 1,15 triliun pada perdagangan Jumat (11/8). Sedangkan selama sebulan terakhir total nett sell asing mencapai Rp 8,29 triliun dan selama tiga bulan terakhir nett sell asing sebesar Rp 18,29 triliun.

"Tapi kadang-kadang, orang lain melihat ini adalah oportunity. Ada yang menarik kalau orang lain melihat keadaan gini. Banyak orang mulai mengumpulkan harta karun. Dan kalau orang beli kan, nanti naik lagi harganya," tambahnya.

Tito mengungkapkan, pasar modal Indonesia saat ini sudah cukup kuat dengan sentimen politik dalam negeri. Hal itu nampak dari perjalanan pemilihan umum sejak 2004, 2009, hingga 2014. Termasuk diantaranya Pilkada DKI dan peristiwa 212.

"Namun, memang situasi luar negeri atau gejolak luar negeri, itu berpengaruh ke kita dan itu adalah negatif news," kata dia.

Selain itu, pasar modal Indonesia masih rentan dengan volatilitas nilai tukar mata uang. Dia menyatakan, hal ini masih menjadi momok investor asing untuk masuk ke Indonesia. "Untuk Volatilitas, tidak ada yang bisa kami lakukan, karena semua itu kembali kepada market," tambahnya.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×