Reporter: Emir Yanwardhana | Editor: Adi Wikanto
Jakarta. Bursa Efek Indonesia (BEI) belum akan melakukan intervensi melihat koreksi indeks harga saham gabungan (IHSG) yang selama dua hari berturut-turut. Namun ada protokol yang akan dilakukan jika koreksi berlanjut terus secara signifikan.
Direktur Utama BEI Tito Sulistio menegaskan pada dasarnya bursa sangat menghindari adanya intervensi, terkait adanya pergerakan pasar. Namun, BEI akan bertindak jika adanya penurunan pasar yang signifikan, berdasarkan protokol yang ada. ”Kita sangat menghindari intervensi, tapi kalau turun sampai 10% perhari kita bertindak,” Tegasnya di Jakarta (14/11).
Terkait penurunan yang cukup dalam pada dua hari ini, Tito menghimbau supaya pelaku pasar tidak khawatir. Karena dari pandanganya, fundamental emiten dipasar cukup kuat. Diperlihatkan dari pertumbuhan emiten big caps hingga kuartal III kemarin.
Dari catatanya, 10 besar emiten yakni HMSP, TLKM, BBCA, UNVR, ASII, BBRI, BMRI, GGRM, ICBP, dan BBNI meraih pertumbuhan revenue mencapai 6,42% dan profit 11,85% dibanding kuartal III tahun lalu. Sehingga rata-rata price earning ratio (PER) 10 emiten tersebut juga naik 20,97%.
Sementara pertumbuhan market capital bursa Indonesia juga masih terbilang tinggi, menempati nomer dua terbesar secara global, lanjut Tito. Namun secara regional posisi pertumbuhan paling tinggi kini sudah disalip oleh bursa Thailand. ”Secara year to date kita naik 3%, dan masuk dalam rangking 10 besar di regional,” kata Tito.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News