Reporter: Yuliana Hema | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bursa Efek Indonesia (BEI) tengah memperkuat Sistem Penyelenggara Pasar Alternatif (SPPA) agar lebih banyak menjangkau transaksi, termasuk layanan di Pasar Uang dan Pasar Valuta Asing (PUVA).
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Iman Rachman bilang pihaknya sedang melakukan pengembangan SPPA untuk bisa mengakomodir transaksi Repurchase Agreement (Repo) PUVA dengan underlying Surat Utang Negara (SUN).
"Pengembangan sudah dilakukan mulai dari 2024 dengan melibatkan pelaku di pasar keuangan, yang terdiri dari bank umum, sekuritas dan Bank Pembangunan Daerah (BPD)," kata dia belum lama ini.
Sejalan dengan itu, Iman menjelaskan otoritas Bursa juga melakukan koordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) selaku regulator SPPA dan Bank Indonesia (BI) selaku regulator di PUVA.
Baca Juga: Siapkan Anggaran Rp 511 Miliar, BEI Tingkatkan Kapasitas JATS
Iman bilang pihaknya berharap SPPA bisa meningkat likuiditas di pasar surat utang dan pasar uang karena hanya melalui satu aplikasi, pelaku pasar bisa melakukan transaksi berbagai instrumen termasuk repo.
"Nantinya SPPA akan terintegrasi dengan Central Counterparty (CCP) Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) dan sistem pelaporan pendukung lainnya," kata dia.
BEI mencatatkan sepanjang 2024 berjalan, sudah ada 38 pengguna SPPA yang terdiri dari bank umum, BPD, money brokerage dan sekuritas. Jumlah ini meningkat dari 2023 yang hanya sebanyak 33 pengguna jasa.
Sepanjang tahun ini, rata-rata transaksi di SPPA mencapai Rp 1 triliun atau tepatnya Rp 985 miliar. Dibandingkan dengan rata-rata transaksi di 2023, jumlah itu meningkat sekitar 70% dari Rp 580 miliar.
Baca Juga: BEI Targetkan Transaksi SPPA Capai Rp 140 Triliun di Tahun 2024
Iding Pardi, Direktur Utama Kliring Penjaminan Efek Indonesia menjelaskan sebagai CPP PUVA, pihaknya akan bekerja sama dengan penyedia platform trading termasuk BEI.
Adapun Bank Indonesia (BI) berencana untuk menerapkan prinsip multi venue dalam menyediakan platform trading. Artinya, akan ada lebih dari satu perusahaan penyedia layanan trading.
"Ke depan BEI juga sedang berproses menjadi elektronik platform juga. Kami sudah berdiskusi dengan Bloomberg, Refinitiv dan BEI, tetapi belum ada arahan dari BI untuk terkoneksi," ucap Iding.
Selanjutnya: Belum Ada Investasi Baru di Hulu, Aphindo Beberkan Tantangan Harga Bahan Baku
Menarik Dibaca: Deretan Kartu Ucapan Hari Sumpah Pemuda 2024 untuk Diunduh Gratis dan Dibagikan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News