kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Begini tips menyusun portofolio saat pasar keuangan bergerjolak


Rabu, 11 Maret 2020 / 22:31 WIB
Begini tips menyusun portofolio saat pasar keuangan bergerjolak
ILUSTRASI. Uang koin sebagai ilustrasi Reksadana. KONTAN/Cheppy A. Muchlis


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi pasar keuangan kian panas, investor disarankan untuk tetap fokus pada tujuan investasinya. Bahkan, bagi mereka yang memiliki profil risiko tinggi atau high risk, sekarang jadi waktu yang tepat untuk menambah portofolio sahamnya.

Perencana Keuangan Finansia Consulting Eko Endarto mengatakan saat kondisi pasar seperti saat ini, investor perlu kembali pada tujuan mereka. Untuk mereka yang berniat berinvestasi di jangka panjang, justru saat ini bisa mendapatkan aset lebih banyak dengan harga saham yang sudah terdiskon cukup dalam.

"Sedangkan yang ingin berinvestasi di jangka menengah pendek, sekarang harus tahan dulu jangan ke saham lagi, tapi bisa ke obligasi, cash, atau emas," ungkap Eko kepada Kontan.co.id, Rabu (11/3).

Baca Juga: Pasar saham fluktuaktif, begini saran para manajer investasi

Untuk selanjutnya, Eko menyarankan investor yang memiliki profil risiko agresif sebaiknya menambah portofolio sahamnya menjadi 70%, dengan 20% ditempatkan pada aset jangka menengah seperti obligasi, dan sisanya 10% bisa berupa cash.

"Bagi yang mau masuk, bisa pilih saham-saham blue chip lebih dulu, selagi harganya murah. Meskipun saham kapitalisasi menengah banyak yang murah, tapi blue chip akan lebih dulu naik," jelasnya.

Sedangkan untuk investor yang memiliki profil risiko konservatif bisa menempatkan 30% portofolionya pada aset jangka pendek menengah seperti obligasi, emas dan pendapatan tetap, 30% lagi bisa dialokasikan pada cash dan sisanya 40% bisa ditempatkan pada aset jangka panjang seperti saham.

Baca Juga: IHSG masih dalam tren bearish, seperti apa rekomendasi analis?

Eko menyarankan, untuk obligasi bisa masuk ke aset milik pemerintah karena, minim risiko default. Sedangkan untuk obligasi korporasi juga menarik, hanya perlu lebih selektif. Di samping itu, bagi investor yang memilih jangka pendek, bisa juga masuk ke pasar uang.

Adapun bagi investor yang memiliki emas dan sudah mencatatkan return di atas 12%, direkomendasikan untuk menjual. Sedangkan untuk membeli, masih harus menunggu harga turun.

Di samping itu, untuk menghadapi tingginya tekanan pasar keuangan investor perlu menyiapkan diri untuk segala kemungkinan terburuk, termasuk potensi resesi. "Investor sudah bisa mulai menaikkan dana cadangannya, jika semula hanya tiga kali dari total pengeluaran, bisa ditingkatkan jadi enam kali," tandas Eko.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×