Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mayoritas harga saham emiten yang bergerak di bisnis nikel kompak menanjak pada perdagangan Selasa (14/1). Dalam pantauan Kontan.co.id, setidaknya ada sembilan saham emiten nikel yang mengalami penguatan harga.
Dari Grup Merdeka, PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) memimpin penguatan dengan lonjakan harga 10,85% ke level Rp 1.635 per saham. Seperti diketahui, MDKA memiliki portofolio bisnis tambang mineral. Termasuk komoditas nikel melalui anak usahanya, PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA).
Pada perdagangan kemarin, harga MBMA naik 5,77% ke posisi Rp 440 per saham. Bergeser ke grup holding pertambangan BUMN, MIND ID, harga PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) kompak menanjak.
Harga ANTM menguat 2,70% menjadi Rp 1.520, sedangkan INCO naik 7,29% ke level Rp 3.680 per saham. Harita Nickel alias PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) tak mau ketinggalan, menutup perdagangan kemarin dengan kenaikan harga 4,17% menjadi Rp 750 per saham.
Baca Juga: Menakar January Effect yang Makin Memudar, IHSG Tergerus ke Bawah 7.000
PT Harum Energy Tbk (HRUM) yang agresif ekspansi di bisnis nikel, juga ikut terkerek naik 3,59% ke Rp 1.010. Begitu juga dengan PT United Tractors Tbk (UNTR) yang melanjutkan kenaikan 0,39% menjadi Rp 25.500 per saham.
PT Central Omega Resources Tbk (DKFT) menguat 5,71% ke level harga Rp 222. Sedangkan emiten anyar PT Daaz Bara Lestari Tbk (DAAZ) menguat 5,41% ke posisi harga Rp 5.850 per saham.
Sinyal Pemotongan Pasokan Mendongkrak Harga Nikel
Pada awal pekan ini, Algo Research merilis riset mengenai potensi kenaikan harga nikel dari sinyal pengurangan pasokan di Indonesia.
Mengutip Bloomberg, Algo Research menyoroti rencana pemerintah Indonesia melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang dikabarkan akan mengurangi pasokan bijih nikel secara signifikan pada tahun 2025.
Kementerian ESDM kabarnya akan menurunkan jumlah kuota bijih nikel hingga 45% secara tahunan (year on year/YoY). Dengan asumsi tersebut, kuota yang diberikan untuk tahun 2025 berpotensi hanya sebesar 150 juta ton, atau jauh lebih rendah dari kuota yang disetujui pada 2024 sebesar 272 juta ton.
Adapun, kuota untuk memproduksi bijih nikel bergantung pada Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) yang sedang dikaji. Kementerian ESDM dikabarkan telah menerima 831 permintaan kuota untuk tahun 2024 - 2026.
Dengan rincian, sebanyak 336 sudah disetujui, 225 disetujui tanpa produksi, 262 ditolak, 6 sedang dievaluasi, dan 2 menunggu respons.
"Sinyal produksi dari Indonesia tetap menjadi faktor kunci untuk menentukan harga nikel pada tahun 2025 karena merupakan produsen terbesar di dunia," ungkap Algo Research, Senin (13/1).
Adapun, harga nikel telah anjlok sekitar 45% dan 7% pada tahun 2023-2024. Terutama diakibatkan oleh kelebihan pasokan dari Indonesia dan melemahnya permintaan dari China.
Berdasarkan riset dari Macquarie Group, jika rencana penurunan kuota produk Indonesia terealisasi, hal itu berpotensi memangkas pasokan global secara signifikan. Pemangkasan tersebut akan berdampak hingga 35% dari total pasokan global.
Baca Juga: Prospek Harga Logam Industri Menantikan Kejelasan Kebijakan Trump
Meski volume pemangkasan tidak sebesar itu, tapi jika rencana ini berlanjut, maka berpotensi membawa dampak positif terhadap harga nikel. Hanya saja, apresiasi harga nikel yang konsisten dari sekitar level US$ 15.000 per ton masih membutuhkan pemulihan permintaan dari China.
Merujuk Trading Economics, hingga Rabu (15/1) pagi, harga nikel kontrak berjangka naik 0,19% secara harian ke level US$ 15.925 per ton. Jika diukur secara mingguan, harga nikel menguat 1,66% dan 4,08% dalam sebulan terakhir.
Secara teknikal, laju harga saham emiten nikel pada perdagangan kemarin menarik perhatian sejumlah analis dan sekuritas. Beberapa analis dan sekuritas pun melirik saham nikel sebagai pilihan untuk perdagangan hari ini (15/1).
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus melirik saham MBMA. Saran dia, cermati level support MBMA pada area harga Rp 412, resistance di Rp 450, untuk target harga Rp 448.
Saham MBMA juga menjadi pilihan Analis RHB Sekuritas Indonesia Muhammad Wafi. Secara teknikal, Wafi melihat MBMA melakukan rebound dan breakout resistance garis MA5 disertai volume. Selama di atas garis MA5, maka MBMA berpeluang kembali rebound dan menguji resistance garis MA20-nya.
Saran Wafi, buy MBMA pada sekitar area Rp 428 dengan target jual di Rp 480 hingga Rp 540, dan Cut loss di Rp 410. Selain itu, Wafi menjagokan saham INCO.
Saham INCO melakukan rebound dan breakout resistance garis MA20 disertai volume. Selama di atas garis MA20, maka INCO berpeluang untuk kembali rebound dan breakout resistance garis MA50.
Wafi menyarankan buy saham INCO di sekitar Rp 3.620 dengan target jual di Rp 3.850 hingga Rp 3.990, dan cutloss di Rp 3.510. Sementara itu, Praktisi Pasar Modal & Founder WH Project William Hartanto menyarankan sell on strength saham HRUM.
Analisa William, HRUM sedang dalam pengujian resistance pada MA20, tren masih melemah dan belum terindikasi reversal. Perhatian support di Rp 965 dan resistance di Rp 1.030.
Sedangkan Head of Research NH Korindo Sekuritas Indonesia Liza Camelia Suryanata melirik saham MDKA. Liza merekomendasikan speculative buy MDKA dengan area entry Rp 1.625 - Rp 1.555, untuk target harga Rp 1.680, Rp 1.700 dan Rp 1.760. Namun stoploss jika menembus Rp 1.505 per saham.
Selanjutnya: Inter Milan vs Bologna: Preview Pertandingan, Prediksi Skor, dan Kabar Line Up
Menarik Dibaca: Cek 6 Rekomendasi Saham BNI Sekuritas Hari Ini (15/1), Ada BBRI dan BBCA
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News