kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Begini realisasi volume penjualan dan produksi Adaro Energy (ADRO) sepanjang 2020


Rabu, 17 Februari 2021 / 07:03 WIB
Begini realisasi volume penjualan dan produksi Adaro Energy (ADRO) sepanjang 2020


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Adaro Energy Tbk (ADRO)  melaporkan realisasi kinerja operasional pada 2020. Hasilnya, volume penjualan dan produksi emiten batubara ini mengalami penurunan sepanjang 2020.

Dalam laporan resminya, ADRO memproduksi 54,53 juta ton batubara pada tahun 2020, turun 6% secara year-on-year (yoy) dan sedikit melebihi panduan yang ditetapkan sebesar 52 juta ton-54 juta ton. Adapun volume penjualan batubara pada tahun lalu tercatat mencapai 54,14 juta ton, atau menurun 9% yoy.

Adapun volume pengupasan lapisan penutup sepanjang 2020 sebesar 209,48 juta bank cubic meter (bcm), menurun 23% dari realisasi 2019 yakni sebesar 272,09 juta bcm.

Pada kuartal IV-2020, ADRO memproduksi 13,43 juta ton dan menjual 13,39 juta ton batubara, atau masing-masing turun 3% dan 8% dibandingkan kuartal keempat 2019. Sementara volume pengupasan lapisan penutup sebesar 62,07 juta bcm atau menurun 21% secara tahunan.

Dalam keterangannya, Mahardika Putranto, Corporate Secretary & Investor Relations Division Head Adaro Energy mengatakan, portofolio penjualan pada tahun 2020 didominasi oleh E4700 dan E4900, yang didukung oleh permintaan yang solid bagi kedua jenis batubara ini.

Pasar Asia Tenggara mencakup 49% dari penjualan Adaro tahun 2020, dipimpin oleh Indonesia dan Malaysia. Selain itu, juga terjadi peningkatan permintaan dari Thailand dan Vietnam berkat adanya operasi pembangkit listrik baru.

Baca Juga: Adaro Energy (ADRO) dikabarkan tengah mencari pinjaman US$ 400 juta

Sementara itu, sebanyak 25% merupakan penjualan ke wilayah Asia Timur, sebanyak 13% merupakan penjualan ke India, sebanyak 12% ke China, dan 1% merupakan penjualan ke wilayah lainnya meliputi Selandia Baru, Pakistan, dan Eropa.

ADRO menyebut, volume impor batubara seaborne pada kuartal keempat 2020 tercatat lebih tinggi daripada kuartal sebelumnya, seiring pemulihan kegiatan ekonomi serta meningkatnya penyerapan oleh China untuk kebutuhan musim dingin, di tengah keterbatasan suplai.

China mengalami kekurangan suplai karena aktivitas penambangan domestiknya terkendala oleh serangkaian kecelakaan tambang, pemeriksaan keselamatan, dan investigasi tindak korupsi, yang pada akhirnya menekan output.  

Datangnya musim dingin pada akhir  tahun di Asia Timur juga mendorong peningkatan pembakaran batubara.

Sementara pasar batubara metalurgi dipimpin oleh permintaan China pada kuartal keempat 2020, yang ditunjang oleh produksi baja yang stabil dan ekspansi sektor manufaktur.

Adapun stripping ratio (nisbah kupas) tahun 2020 tercatat 3,84 kali, lebih rendah daripada panduan yang ditetapkan sebesar 4,30kali, akibat cuaca yang kurang baik hampir sepanjang tahun. Adapun rasio nisbah pada kuartal keempat sebesar 3,65 kali. 

“Kuartal ini diwarnai dengan cuaca basah dengan curah hujan yang tinggi dan jam hujan yang panjang di area tambang utama sejak bulan November,” tulis Mahardika, Rabu (17/2).

Target 2021

Adaro juga telah menentukan panduan operasional untuk tahun 2021. Produksi batubara tahun 2021 diperkirakan akan tetap sama atau sedikit menurun secara tahunan, dan ditargetkan mencapai 52juta ton-54 juta ton.

Baca Juga: Permintaan batubara jelang Imlek naik, ini sejumlah emiten yang akan diuntungkan

Panduan nisbah kupas yang ditetapkan sebesar 4,8 kali lebih tinggi secara tahunan karena mengikuti sekuens penambangan dan perusahaan harus mengupas lapisan penutup dengan volume yang lebih besar.

Adaro juga terus berdisiplin dalam penggunaan belanja modal (capex) dan capex tahun 2021 ditetapkan pada kisaran US$ 200 juta sampai US$ 300 juta. Target belanja modal ini meliputi pemeliharaan rutin dan capex pertumbuhan.

Adapun panduan EBITDA operasional pada tahun 2021 berada pada kisaran US$ 750 juta – US$ 900 juta. 

“Walaupun pemulihan ekonomi diperkirakan akan berdampak positif terhadap batubara, perusahaan harus tetap berhati-hati untuk mengantisipasi ketidakpastian,” pungkas Mahardika. 

Selanjutnya: Komoditas Mulai Masuk Periode Supercycle, Prospek Emiten Ini Ikut Membaik

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×