Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Nilai tukar rupiah diproyeksi menguat di perdagangan hari Senin (21/10). Kurs rupiah didukung oleh optimisme pemerintahan baru, namun konflik timur tengah hingga arah suku bunga menjadi kekhawatiran.
Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C. Permana mengharapkan, rupiah melanjutkan apresiasi terhadap dolar AS di perdagangan Senin. Seperti diketahui, rupiah ditutup menguat sekitar 0,17% ke level 15.481 per dolar AS pada Jumat (18/10).
Fikri menyebutkan, kurs rupiah di awal pekan berpotensi didukung penunjukan Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan di Kabinet Prabowo-Gibran yang bakal diumumkan minggu malam (20/10). Pengangkatan kembali Sri Mulyani akan memberikan stabilitas fiskal dan koordinasi kebijakan, mengingat pengalamannya sebagai bendahara negara.
Di sisi lain, dolar AS sendiri tengah koreksi akibat buruknya data penjualan perumahan yakni building permits dan housing starts yang dirilis akhir pekan, Jumat (18/10). Data perumahan tersebut mungkin berpengaruh bagi ekspektasi investor terhadap dolar AS.
Baca Juga: Kenaikan Harga Emas Diprediksi Berlanjut Meski Telah Sentuh Level Tertinggi
"Harapan saya, rupiah akan lanjutkan apresiasi di perdagangan besok," kata Fikri saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (20/10).
Namun demikian, Fikri mengingatkan, pelaku pasar tetap mewaspadai volatilitas yang bisa ditimbulkan dari konflik Timur Tengah. Sebab, dolar AS berpotensi kembali menguat, apabila ada serangan serius seperti yang menimpa pemimpin Hamas, Yahya Sinwar.
Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mencermati, tidak ada data penting yang dapat menjadi perhatian di perdagangan pekan depan. Dengan demikian, perkembangan konflik timur tengah masih menjadi perhatian utama pasar.
"Sentimen pasar akan berfokus pada perkembangan Timur Tengah. Rupiah kemungkinan bisa melemah," ujar Sutopo kepada Kontan.co.id, Minggu (20/10).
Di samping itu, menurut Sutopo, dolar AS masih cukup kuat karena didorong oleh data ekonomi yang solid, sehingga mengurangi ekspektasi penurunan suku bunga Federal Reserve tahun ini. Penjualan ritel yang kuat bersama dengan laporan pekerjaan dan inflasi yang kuat awal bulan ini, menunjukkan daya tahan belanja konsumen, yang menunjukkan ekonomi AS masih jauh dari resesi.
Adapun data Penjualan Ritel AS bulan September, ukuran utama pengeluaran konsumen, naik 0,4%, lebih cepat dari prakiraan 0,3% dan pembacaan Agustus 0,1%. Sementara itu, individu yang mengklaim tunjangan pengangguran untuk pertama kalinya adalah 241 ribu, lebih rendah dari prakiraan dan rilis sebelumnya sebesar 260 ribu.
Baca Juga: Ini Saham-Saham yang Banyak Dijual Asing dalam Sepekan di Tengah Kenaikan IHSG
Sutopo melihat, para pedagang sekarang hanya mengharapkan penurunan suku bunga sebesar 42 basis poin untuk bulan November dan Desember. Selain itu, prospek kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden juga mendukung dolar karena kebijakannya dapat mempertahankan suku bunga yang lebih tinggi.
Dengan berbagai faktor tersebut, Sutopo memproyeksi rupiah kemungkinan bakal berkisar Rp 15.450 - Rp 15.550 per dolar AS di perdagangan hari ini (21/10). Sedangkan, Fikri memperkirakan rupiah bakal berada di rentang Rp 15.310 – Rp 15.510 per dolar AS.
Selanjutnya: China Cuts Key Lending Rates to Support Growth
Menarik Dibaca: Harga Emas Antam Stagnan di Rp 1,5 Juta Hari Ini 18 Oktober
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News