kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.461.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.130   40,00   0,26%
  • IDX 7.697   -47,60   -0,61%
  • KOMPAS100 1.196   -13,16   -1,09%
  • LQ45 960   -10,60   -1,09%
  • ISSI 231   -1,75   -0,75%
  • IDX30 493   -3,97   -0,80%
  • IDXHIDIV20 592   -5,69   -0,95%
  • IDX80 136   -1,30   -0,95%
  • IDXV30 143   0,32   0,23%
  • IDXQ30 164   -1,28   -0,77%

Simak Proyeksi Pergerakan Rupiah Hari Ini


Rabu, 29 Mei 2024 / 07:50 WIB
Simak Proyeksi Pergerakan Rupiah Hari Ini
ILUSTRASI. Petugas menghitung uang pecahan rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing Jakarta, Rabu (22/5/2024). ANTARA FOTO/ Rivan Awal Lingga/wpa.


Reporter: Nadya Zahira | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah kembali melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (28/5). Mengutip Bloomberg, rupiah di pasar spot ditutup turun 0,12% atau 18,50 poin ke posisi Rp 16.090 per dolar AS. 

Sedangkan di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), juga melemah 0,19% ke Rp 16.095 per dolar AS.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyampaikan bahwa terdapat beberapa faktor yang memengaruhi pergerakan mata uang pada Selasa (28/5). Salah satunya datang dari penantian data indeks harga Personal Consumption Expenditure (PCE) AS pekan ini.

“Angka tersebut merupakan ukuran inflasi pilihan Federal Reserve, dan kemungkinan akan menjadi faktor dalam pandangan bank sentral mengenai penurunan suku bunga,” ujar Ibrahim dalam publikasi riset, Selasa (28/5). 

Baca Juga: Terlemah di Asia, Rupiah Spot Ditutup Melemah ke Rp 16.090 Per Dolar AS Selasa (28/5)

Ibrahim mengatakan, CME FedWatch Tool menunjukkan para pelaku pasar mengharapkan peluang lebih besar untuk mempertahankan suku bunga pada September, dibandingkan dengan sebelumnya yang memperkirakan penurunan suku bunga secara lebih luas.

Menurut dia, tren ini terjadi ketika serangkaian pejabat The Fed memperingatkan inflasi yang lebih tinggi akan menghalangi bank sentral untuk melonggarkan kebijakan lebih awal. Adapun inflasi diperkirakan tetap jauh di atas target tahunan yakni 2%. 

“Sehingga hal ini membuat para pedagang mulai memperkirakan peluang yang lebih besar bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunganya pada bulan September, dibandingkan dengan ekspektasi sebelumnya yang memperkirakan penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin,” kata dia. 

Selain itu, Ibrahim menuturkan bahwa data indeks manajer pembelian utama dari China juga akan dirilis pada akhir pekan ini. Dia menilai, data tersebut akan memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai aktivitas bisnis di China. 

Adapun kabar baik datang dari ekonomi global, terutama terkait dengan Baltic Index, yang menggambarkan volume traffic dari angkutan barang antarnegara yang meningkat sebesar 112% dibandingkan dengan periode Desember 2023. 

Ibrahim mengatakan, lonjakan tersebut menandai adanya peningkatan dalam perdagangan internasional, yang didorong oleh perbaikan ekonomi di berbagai negara, termasuk China. Sehingga hal ini memberikan harapan bahwa kondisi global dapat menjadi lebih baik dari prediksi yang diberikan oleh IMF dan Bank Dunia pada tahun 2024. 

Meski demikian, ketegangan geopolitik masih menjadi ancaman yang menghantui stabilitas dunia. Eskalasi konflik di Gaza, di mana pasukan Israel telah memasuki Rafah, yang menimbulkan dinamika yang luar biasa di kawasan tersebut. Hubungan yang meruncing antara AS dan China turut mempengaruhi kondisi global secara keseluruhan. 

“Dengan begitu, meskipun terdapat kabar baik dalam hal perbaikan ekonomi global, penting bagi semua pihak untuk tetap waspada terhadap ketegangan geopolitik yang dapat mempengaruhi stabilitas dan pertumbuhan ekonomi di seluruh dunia,” kata Ibrahim. 

Baca Juga: Minim Amunisi, Bikin Rupiah Makin Loyo di Rp 16.090 per dollar

Untuk perdagangan Rabu (29/5) Ibrahim memperkirakan mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif tetapi kembali ditutup melemah di kisaran Rp 16.080 – Rp 16.140 per dolar AS. 

Sementara itu, Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudin mengatakan, sentimen yang membuat rupiah melemah pada Selasa, karena rupiah sedang dalam ancaman terhadap dolar di tengah ketidakpastian global yang masih menyelimutinya, sehingga memberi rasa cemas bagi para investor. 

“Dan hal ini terlihat dari aliran outflow dan sikap investor yang wait and see jelang rilisan data terbaru dari Amerika yakni PDB dan inflasi individu (PCE),” kata Nanang kepada Kontan.co.id, Selasa (28/5). 

Nanang mengatakan bahwa rupiah harus rela berada mendekati Rp 16.100 per dolar, di tengah indeks dolar yang harus mengalami tekanan terhadap major currency karena ancaman penurunan angka inflasi yang dirilis akhir pekan ini.

Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa ketegangan politik masih menjadi ancaman yang menghantui stabilitas politik dunia. Menurutnya, hubungan yang meruncing antara China dan Amerika dari sisi perdagangan turut pengaruhi kondisi global secara keseluruhan.

Sedangkan sentimen dari dalam negeri, Nanang bilang, datang dari kebijakan pemerintah yang baru, di mana kebijakan tersebut nantinya dapat pengaruhi sentimen dalam negeri dan juga arus modal yang masuk di Indonesia. 

Dengan begitu, Nanang memproyeksi pada perdagangan Rabu (28/5) rupiah akan berada dalam zona di sekitar Rp 16.060 - Rp 16.180 per dolar AS. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×