Reporter: Aris Nurjani | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja reksadana dari awal tahun hingga bulan September masih menguat. Hanya reksadana pendapatan tetap yang justru melemah. Kinerja reksadana pendapatan tetap yang tercermin dari Infovesta 90 Fixed Income Fund Index turun 0,14% secara year to date (YtD).
Berdasarkan data Infovesta Utama pada 1 Oktober 2022, reksadana saham yang kinerjanya terlihat dari Infovesta 90 Equity Fund Index menguat 2,24% sejak awal tahun. Reksadana saham mencatat kenaikan tertinggi jika dibandingkan dengan reksadana jenis lain.
Infovesta 90 Balanced Fund Index yang mengukur kinerja reksadana campuran naik 1,94% sejak awal tahun. Reksadana pasar uang yang kinerjanya tercermin dari Infovesta 90 Money Market Fund Index yang naik 1,92%.
Baca Juga: September Jadi Bulan Penuh Tekanan Bagi Reksadana
Senior Vice President Head of Retail Product Research & Distribution Division Henan Putihrai (HP) Asset Management Reza Fahmi Riawan mengatakan kinerja reksadana di bulan September menunjukan adanya kenaikan dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Begitu pula dengan IHSG yang menorehkan banyak penghijauan di banding dengan bulan sebelumnya.
"Namun, kinerja reksadana pendapatan tetap maupun campuran mengalami penurunan terdampak pada reksadana yang berbasis obligasi karena kenaikan suku bunga," ujar Reza kepada Kontan.co.id, Senin (3/10).
Di tengah tren kenaikan suku bunga, hanya reksadana pasar uang yang menguat sepanjang bulan September 2022. Sementara reksadana saham jadi yang terbaik sejak awal tahun.
Baca Juga: Hanya Reksadana Pasar Uang yang Naik di Bulan September
Investasi yang memberikan imbal hasil yang lebih tinggi hanya pada pasar uang yang terus menguat karena diuntungkan oleh kenaikan suku bunga. Sedangkan portofolio investasi berbasis obligasi turun sejak awal tahun.
Menurut Reza, Oktober bisa menjadi peluang buy on weakness untuk para investor. Dia memperkirakan, IHSG masih dapat menguat hingga akhir tahun lantaran fundamental Indonesia masih akan terus membaik.
Reza pertumbuhan dan aktivitas ekonomi masyarakat yang meningkat bisa menjadi penyokong kinerja reksadana selanjutnya. Sedangkan sentimen negatif berasal dari inflasi, nilai kurs rupiah yang melemah, dan penurunan harga komoditas. Tetapi dengan krisis geopolitik yang masih panas di Rusia-Ukraina, harga batubara diperkirakan masih akan tinggi.
Reza memproyeksikan reksadana masih bisa mencatat kenaikan 3%-5% hingga tutup tahun, efek dari window dressing. Reza menyarankan lebih baik pada saat ini investor melakukan diversifikasi investasi seperti 40% saham, 40% obligasi dan 20% pasar uang untuk investasi dengan rentang waktu jangka menengah lebih dari tiga tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News