Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan berada di level 7.250 pada akhir 2023, yang juga menjadi nilai wajarnya.
Head of Researh Korea Investment and Sekuritas Indonesia Edward Tanuwijaya memaparkan, tahun lalu IHSG menunjukkan ketangguhannya dengan menjadi salah satu indeks bertahan positif dengan kenaikan 4,1%.
Ketahanan IHSG didukung sektor energi dan industri yang mengimbangi penurunan besar pada saham teknologi.
Pada dasarnya, guncangan energi global pada tahun 2022 sangat menguntungkan Indonesia, yang berhasil memangkas utang valas hingga di bawah 30% dari PDB. Hal tersebut juga memberikan basis yang baik memasuki tahun 2023.
Baca Juga: IHSG Diprediksi Mulai Naik di Semester Kedua, Simak Saham Pilihan di 2023
Namun, berkurangnya kesenjangan antara obligasi 10 tahun dan imbal hasil riil UST 10 tahun membuat Bank Indonesia (BI) tidak memiliki ruang untuk melakukan manuver suku bunga untuk menyeimbangkan antara mempertahankan pertumbuhan PDB dan mempertahankan Rupiah terhadap Dollar Amerika.
"Oleh karena itu, kami percaya bahwa BI akan menyamai pergerakan suku bunga Fed pada tahun 2023, yaitu kenaikan 50-75 basis poin (bps) dan mempertahankan nilai tukar USD/IDR pada rata-rata Rp15.750," tulisnya dalam riset, Selasa (10/1).
Di sisi lain, harga CPO dan gandum yang jauh lebih rendah dan harga minyak yang stabil di US$ 80 /bbl akan menjaga inflasi tetap terkendali dalam koridor target inflasi BI sebesar 3% plus minus 1% pada tahun 2023.
Dalam hal ini, perusahaan kebutuhan pokok konsumen, salah satunya PT Mayora Indah (MYOR) dengan bisnis ekspor yang besar seharusnya melihat pemulihan laba yang signifikan dari peningkatan margin dan penjualan ekspor yang lebih baik.
Baca Juga: IHSG Berpeluang Melemah Pada Selasa (28/2), Dibayangi Rilis Data Ekonomi
Lalu, seiring pembatasan kegiatan sosial (PPKM) yang dicabut mulai 1 Januari 2023, Edward mengekspektasikan mobilisasi dan kegiatan masyarakat dapat kembali atau melampaui tingkat sebelum pandemi.
Dalam hal tersebut, berarti akan mengerek trafik untuk perusahaan transportasi, salah satunya PT Blue Bird Tbk (BIRD).
Kemudian juga menjadi sentimen positif atas penggunaan data pelanggan yang akan menguntungkan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM).
Selanjutnya, aktivitas bisnis korporasi dan UMKM juga akan meningkatkan permintaan pembiayaan dan kualitas dari Bank BUMN seperti BMRI, BBNI, dan BBRI.
Sementara untuk penambang batubara, mempertimbangkan risiko penurunan harga batubara di paruh kedua tahun 2023, Korea Investment and Sekuritas Indonesia memproyeksikan pendukung bisnis batubara, seperti kontraktor penambangan (UNTR) dan operator kapal tunda & tongkang (MBSS, TPMA) akan menampilkan kinerja yang lebih baik daripada para penambang.
Baca Juga: Menguat Akhir Pekan Lalu, Begini Prediksi IHSG Hari Ini, Senin (27/2)
Sementara itu, pihaknya juga melihat peluang investasi dalam energi terbarukan yang merupakan bagian dari upaya untuk mencapai emisi net-zero pada tahun 2060. Lalu nikel (ANTM, MDKA) untuk mendukung ambisi tinggi pemerintah untuk menjadi pusat kendaraan listrik (EV) di Asia Tenggara.
Menilik dari ekonomi Indonesia yang diperkirakan tumbuh 4,9% di 2023, Edward melihat potensi risiko arus keluar asing pada ekuitas Indonesia. Sebab, pemulihan pertumbuhan PDB yang diharapkan secara signifikan di pasar besar seperti China dan India yang telah mengalami arus keluar besar-besaran di 2022.
Selain itu, kinerja historis dari dua tahun pra-pemilihan terakhir kurang menggembirakan dengan kinerja negatif dan arus keluar asing bersih.
"Untuk coverage kami, kami mengharapkan pertumbuhan EPS 6% pada tahun 2023, dengan pendapatan dari sektor keuangan dan bahan pokok konsumen mengimbangi penurunan pendapatan yang diestimasikan dari saham terkait batubara dan CPO. Dengan demikian, kami perkirakan nilai wajar indeks IHSG sebesar 7.250 pada akhir 2023, menyiratkan PE 18xFY23F atau pada +0,5 std dev dari rata-rata 5 tahunnya," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News