Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Selama Mei 2023, reksadana saham gagal mencatatkan return positif. Berbanding terbalik dengan reksadana pendapatan tetap yang mencatatkan return tertinggi.
Secara bulanan per 31 Mei 2023, data Infovesta Kapital Advisori menunjukkan bahwa kinerja reksadana saham terpantau mencetak return minus 4.08% Month on Month (MoM), disusul reksadana campuran yang cetak hasil negatif 0,65% MoM. Sementara reksadana pendapatan tetap dan reksadana pasar uang kompak mencetak return positif masing-masing sebesar 1,06% MoM dan 0,36% MoM.
Chief Investment Officer STAR AM Susanto Chandra mengamati, kondisi pasar saham sebagai underlying asset secara umum cenderung tertekan dibandingkan pasar obligasi. Hal itu tercermin dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terkoreksi hingga 4,08% MoM di bulan Mei 2023.
“Kinerja pasar saham cenderung menurun disebabkan oleh lesunya sektor pertambangan seiring melandainya harga-harga komoditas global,” kata Susanto kepada Kontan.co.id, Senin (5/6).
Baca Juga: Reksadana Saham Turun, Reksadana Pendapatan Tetap Cetak Return Tertinggi Selama Mei
Sebaliknya, Susanto mengatakan, pasar obligasi cenderung menguat seiring dengan ekspektasi tingkat suku bunga Amerika Serikat (AS) sudah berada pada posisi puncak. Kondisi ini menimbulkan ekspektasi di kalangan pelaku pasar bahwa penurunan suku bunga bisa terjadi pada akhir tahun 2023.
Kalau Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM) Reza Fahmi melihat performa reksadana saham tertekan karena efek high base yang terjadi di pasar saham Indonesia. Pasar saham dianggap sudah banyak terdiskon seperti di Jepang, Eropa dan China sehingga secara valuasi murah.
“Selain itu, terjadi flight to safety yang dilakukan investor global di tengah ketidakpastian debt ceiling Amerika Serikat pada bulan Mei 2023,” ungkap Reza saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (5/6).
Reza berujar, reksadana berbasis obligasi mampu mencatatkan kinerja positif tidak terlepas dari performa pasar surat utang tanah air. Dari sisi permintaan, obligasi Indonesia memang masih ditopang oleh investor domestik maupun asing.
Baca Juga: Tinggalkan Saham dan Kripto, Investor Beralih Ke Aset Safe Haven Selama Mei 2023
Sebagai gambaran, kinerja pasar obligasi Indonesia yang tercermin dari Indonesia Composite Bond Index (ICBI) terpantau menguat 1.91% MoM ke level 363,61 di posisi akhir Mei 2023.
Hal ini pula yang berpengaruh pada jenis aset reksadana kelolaan Manajer Investasi (MI) Henan Putihrai AM. Reza menyebutkan, HPAM Government Bond yang berbasis obligasi mencetak kinerja paling unggul sekitar 1.52% MoM selama bulan lalu. HPAM memiliki strategi multi managers di mana terdapat lebih dari satu fund managers yang mengelola portofolio dengan strategi yang berbeda.
Kalau STAR AM mencetak imbal hasil (return) positif masih dari reksadana saham di tengah posisi sektor pertambangan yang underweight. STAR Suistanable Equity menghasilkan return sekitar 2,2% MoM di sepanjang Mei 2023
Menurut Susanto, tensi geopolitik akan membuat aset kelas saham bergerak fluktuatif di semester kedua tahun ini. Peluang ini dapat dimanfaatkan investor jangka panjang untuk dapat masuk secara bertahap. Sedangkan untuk investor jangka pendek dan menengah dapat memanfaatkan produk pendapatan tetap untuk apresiasi kapital secara konsisten ke depannya.
Adapun secara year to date (YtD) hingga 31 Mei 2023, reksadana pendapatan tetap masih unggul dengan return tertinggi 3,03% YtD, disusul reksadana pasar uang dan reksadana campuran yang masing-masing hasilkan return positif 1,59% YtD dan 0,84% YtD. Sedangkan, reksadana saham terkoreksi 3,17% YtD hingga akhir Mei 2023.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News