Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tekanan bertubi sedang melanda industri reksadana. Kemampuan manajer investasi dalam meracik portofolio khususnya pada reksadana berbasis saham sedang diuji.
Apalagi, dalam satu bulan terakhir indeks harga saham gabungan (IHSG) melemah 3,11%. Kondisi ini menambah beban perusahaan manajer investasi (MI) yang meracik reksadana berbasis saham khususnya yang dikelola secara aktif.
Sayangnya, demi mengincar imbal hasil tinggi sehingga investor tertarik membeli reksadana, beberapa MI gegabah mengelola reksadana hingga Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membubarkan beberapa reksadana yang dikelola tidak sesuai aturan.
Baca Juga: Investor Reksadana Diminta Tidak Gegabah Mencairkan Reksadana premium
Kegiatan operasional Narada Aset Manajemen akhirnya diberhentikan OJK, karena kasus gagal bayar kepada broker hingga membuat portofolio aset yang dimiliki anjlok.
Tak berselang lama, enam reksadana Minna Padi Aset Manajemen dibubarkan OJK karena menawarkan imbal hasil pasti pada reksadana terbuka.
Sentimen negatif ini pada akhirnya membuat investor was-was, apalagi jika pada produk reksadana berbasis sahamnya berkinerja turun cukup dalam. Tak sedikit, investor berpikir untuk melakukan penarikan (redeem) atas kepemilikan reksadana mereka.
Firdaus, Direktur Utama Anugerah Sentra Investama mengatakan kinerja reksadananya yang sedang turun membuat sejumlah investor ingin melakukan redeem, hingga Firdaus menyarankan kepada investornya untuk menunda redeem.
"Kinerja indeks dan pasar pada umumnya cenderung turun, ini mempengaruhi portofolio kami yang sedang tidak baik, sehingga kami menyarankan, dan menghimbau, investor untuk menunggu sesuai karakter investasi di reksadana saham yang jangka panjang," kata Firdaus, Senin (25/11).
Penundaan redeem akan Firdaus manfaatkan untuk memperbaiki kinerja supaya investor tidak mengalami kerugian dari penurunan nilai unit penyertaan mereka.
Sementara, Direktur Bahana TCW Investment Soni Wibowo bersyukur investor di Bahana TCW Investment tidak lantas melakukan redemption. Secara berkala subscription masih terjadi di reksadana pasar uang, pendapatan tetap maupun reksadana saham.
Dalam tiga minggu terakhir, Soni mencatat ada penambahan dana kelolaan sekitar Rp 500 miliar sehingga total dana kelolaan mencapai Rp 51 triliun.
"Memang banyak pertanyaan dari investor kenapa IHSG masih negatif dan apakah sekarang waktu yang tepat untuk top up," kata Soni.
Senada, Head of Investment Avrist Asset Management Farash Farich mengatakan tidak ada perubahan signifikan meski kini industri reksadana sedang banyak mendapat sorotan investor. "Hanya subscription dan redemption biasa, tidak ada perubahan signifikan," kata Farash.
Baca Juga: Industri reksadana dapat ujian berat, investor diimbau jangan panik
Kompak, Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM) Reza Fahmi mengatakan tidak terjadi redemption dalam jumlah besar di HPAM.
"Ada redemption seperti biasa untuk reksadana saham T+3 cari bukan perubahan signifikan," kata Reza.
Bahkan, banyak nasabah institusi di HPAM yang mengambil momentum penurunan indeks dan berharap pada window dressing dan Januari effect.
Perencana Keuangan Independen Panji Harsanto menyarankan bagi investor yang membutuhkan dana dalam waktu cepat opsi redemption bisa diambil.
Sedangkan, bila kebutuhan investor tidak mendesak investor bisa melakukan redeemption secara berkala sambil melihat perkembangan kinerja.
"Intinya redeem sesuai kebutuhan, kalau belum ada kebutuhan jangan semuanya di redeem," kata Panji.
Saran bagi investor, baiknya berinvestasi pada manajer investasi yang memiliki pengalaman panjang dan terlihat kinerjanya dalam lima tahun terakhir.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News