Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) melaporkan perkembangan terbaru terkait anak perusahaannya, PT Merdeka Battery Materials (MBM).
Pertama, yakni proyek Indonesia Konawe Industrial Park (IKIP) high pressure acid leach plant HPAL atau IKIP HPAL1. Merdeka Battery Materials bermaksud untuk mengembangkan pabrik HPAL pertamanya di Indonesia Konawe Industrial Park. IKIP HPAL 1 direncanakan beroperasi dengan kapasitas 120.000 nikel ton per tahun.
Pembangunan pabrik ini akan dilakukan dua tahap, dengan operasional tahap pertama sebesar 60.000 ton.
Pabrik ini akan mengambil limonit dari tambang Sulawesi Cahaya Minerals (SCM), yang merupakan salah satu sumber daya nikel terbesar di dunia yang sesuai dengan Joint Ore Reserves Committee (JORC)
Pada 16 Maret 2023, Merdeka Battery melakukan langkah pertama yang cukup penting terkait IKIP HPAL 1. Merdeka Battery Materials menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan Ningbo Brunp Contemporary Amperex Co., Ltd., yang merupakan perusahaan afiliasi dari Contemporary Amperex Technology Co., Limited (Brunp CATL).
MoU ini membahas mengenai pengembangan tahap pertama sebesar 60.000 ton per tahun, atau disebut juga IKIP HPAL 1a.
Baca Juga: Rebalancing FTSE Berlaku, Begini Prospek Saham-Saham Penghuni Barunya
Detail engineering dan konstruksi IKIP HPAL 1a diharapkan akan dimulai pada tahun 2023, dengan commissioning diharapkan dalam waktu 24 bulan sejak dimulainya konstruksi.
Berdasarkan ketentuan MoU, Brunp CATL akan bertanggung jawab atas pembangunan IKIP HPAL 1a dan akan memimpin pengadaan pembiayaan pinjaman konstruksi sesuai ketentuan pasar, dengan dukungan dari Merdeka Battery Materials
Sampai tahap commissioning IKIP HPAL 1a rampung, Merdeka Battery Materials dan Brunp CATL masing-masing akan memiliki kepemilikan 49,3% dan 50,7% di proyek ini. Setelah commissioning dan penggantian pembiayaan pinjaman konstruksi berhasil, kepemilikan Merdeka Battery Materials di IKIP HPAL 1a akan meningkat menjadi 66%, dengan 34% dimiliki oleh Brunp CATL. MoU tetap tunduk pada dokumentasi dan persetujuan definitif.
Sementara untuk pabrik tahap kedua berkapasitas 60.000 ton per tahun atau IKIP HPAL 1b, proyek ini masih dalam pembahasan tahap lanjutan. Direncanakan Merdeka Battery Materials akan memiliki 66% saham. Pengumuman lebih lanjut akan dilakukan terkait dengan proyek IKIP HPAL 1b.
“Brunp CATL menjadi pemegang saham di Merdeka pada Mei 2022, dan ini menandai dimulainya kerja sama strategis berkelanjutan kami dengan Brunp CATL terkait dengan rantai nilai baterai di Indonesia,” kata Executive Chairman MDKA Andrew Phillip Starkey dalam siaran pers, Selasa (21/3).
Andrew mengatakan, Merdeka Battery Materials memiliki sumber daya nikel dan kobalt yang melimpah. Merdeka Battery Materials bercita-cita untuk menjadi perusahaan bahan baterai terintegrasi terkemuka. Sehingga, kemitraan dengan Brunp CATL terkait dengan IKIP HPAL 1a selaras dengan aspirasi Merdeka Battery Materials.’
Asal tahu, Merdeka Battery Materials disebut bersiap melakukan penawaran saham ke public alias initial public offering (IPO) pada kuartal kedua 2023.
Merdeka Battery Minerals merupakan perusahaan pertambangan nikel terbesar di Indonesia. Merdeka Battery Minerals menguasai 51% saham PT Sulawesi Cahaya Mineral (SCM), dimana SCM memiliki sumber daya nikel terbesar di Indonesia, yakni mencapai 1,1 miliar ton.
Merdeka Battery Minerals juga memiliki 50,1% saham pada tiga perusahaan pabrik pengolahan (smelter) nickel pig iron (NPI), yakni PT Cahaya Smelter Indonesia (CSI), PT Bukit Smelter Indonesia (BSI), dan PT Zhao Hui Nickel (ZHN).
Baca Juga: IHSG Dalam Tren Bearish, Simak Strategi Investasi dan Saham Pilihan Analis
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News