Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah telah mengumumkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi Pertalite dari Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10.000 per liter. Harga Solar subsidi naik dari Rp 5.150 per liter menjadi Rp 6.800 per liter dan harga Pertamax nonsubsidi meningkat dari Rp 12.500 per liter menjadi Rp 14.500 per liter pada Sabtu (3/9).
Head of Research Jasa Utama Capital Sekuritas Cheryl Tanuwijaya mengungkapkan, kenaikan harga BBM tidak disukai oleh pasar modal. Namun, dia menilai, kali ini pemerintah sudah mengomunikasikan lebih dulu dan kenaikannya juga sesuai perkiraan. Sehingga, jika Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi hanya dalam jangka pendek saja.
Dalam jangka seminggu hingga dua minggu ke depan, Cheryl melihat support IHSG berada di 6.900. Menurut dia, pelaku pasar akan mencermati respons masyarakat dan pengaruh kenaikan harga BBM ini terhadap ekonomi.
Baca Juga: Sudah 43 Perusahaan IPO Sepanjang 2022, Jumlahnya Bisa Bertambah Lagi
Selain itu, dari bursa global sentimennya juga kurang baik lantaran di minggu keempat September mendatang, bank Sentral Amerika Serikat (AS) akan kembali menaikkan suku bunga acuannya dengan agresif.
"Di lain sisi, kenaikan harga komoditas bisa menopang penguatan IHSG di sisa 2022 ini. Terkendalinya kasus Covid-19 juga bisa mendukung pemulihan ekonomi dari sisi aktivitas masyarakat yang baik bahkan ke sebelum pandemi," ujar dia, Minggu (4/9).
Cheryl bilang, Jasa Utama Capital Sekuritas masih mempertahankan target IHSG untuk akhir tahun di level 7.500-7.600.
Baca Juga: Laba Menggunung, Saham Konglomerasi Mana yang Menarik Dilirik?
Analis Kanaka Hita Solvera William Wibowo berpendapat, biasanya bila harga BBM naik, IHSG akan mengalami tekanan yang cukup besar dan cenderung akan turun.
"Target penurunan jangka pendeknya berada di rentang 7.000, untuk jangka menengah ke rentang 6.850-6.900," kata William pada Kontan, Minggu (4/9).
William juga sependapat dengan Cheryl, ia menyatakan, pergerakan harga komoditas serta hasil laporan keuangan emiten-emiten di kuartal tiga nanti bisa menjadi sentimen yang cukup signifikan dalam pergerakan IHSG.
"Saya pikir sentimen positifnya bisa berasal dari kenaikan harga komoditas. Sedangkan sentimen negatif berpotensi berasal dari kenaikan inflasi dan suku bunga BI," imbuh William.
Baca Juga: Kenaikan Harga BBM Memperberat Gerak IHSG pada Senin (5/9)
William menargetkan IHSG di akhir tahun berpeluang masih akan kembali menyentuh area 7.000-7.300. Di tengah kenaikan harga BBM, katanya, sektor konsumer dan transportasi yang akan paling terdampak. Sementara itu, beberapa saham yang bisa dicermati untuk saat ini meliputi ARTO, AKRA, ENRG, PTPP, dan TKIM.
Cheryl menambahkan, sektor yang akan terdampak negatif oleh kenaikan harga BBM yakni sektor transportasi, konsumen non primer, dan perindustrian. Adapun sektor yang masih bisa dilirik ada perbankan dan komoditas khususnya energi seperti BBRI, BMRI, ADRO, dan PGAS dengan target penguatan 5%-10%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News