kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Begini dampak badai Laura terhadap prospek komoditas energi di sisa tahun ini


Minggu, 30 Agustus 2020 / 21:21 WIB
Begini dampak badai Laura terhadap prospek komoditas energi di sisa tahun ini
ILUSTRASI. komoditas minyak. REUTERS/Angus Mordant/File Photo


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Serangan Badai Laura diprediksi tidak akan mempengaruhi prospek komoditas energi di sisa 2020. Meskipun pergerakan beberapa harga komoditas energi cukup beragam, secara keseluruhan prospeknya diyakini masih akan positif.

Asal tahu saja, badai Laura telah menghantam Louisiana (Amerika Serikat) pada Kamis (27/8) dini hari waktu setempat dengan kecepatan hembusan angin mencapai sekitar 150 mil per jam atau sekitar 240 kilometer. Angin merusak bangunan, merobohkan pohon, dan memutus jaringan listrik untuk sekitar 650 ribu warga di Louisiana dan Texas.

Sementara itu, data Bloomberg menunjukkan dalam sepekan terakhir harga minyak mentah WTI crude oil ditutup menguat tipis 0,82% di level US$ 42,97 per barel pada Jumat (28/8)  per barel, dari Senin (24/8) di level US$ 42,62 per barel. Adapun untuk jenis minyak Brent Crude oil kontral November 2020 tercatat naik 1,51% dari US$ 45,13 per barel pada Senin (24/8) menjadi US$ 45,81 per barel akhir pekan lalu. 

Baca Juga: Sebulan naik drastis, saham-saham ini masih menarik dikoleksi

Sementara itu, harga gas alam berhasil naik 5,97% dari US$ 2,51 per mmbtu pada Senin (24/8) dan ditutup di level US$ 2,66 per mmbtu akhir pekan lalu. 

Analis Central Capital Futures Wahyu Tribowo Laksono menyampaikan, pergerakan harga komoditas energi dalam sepekan terakhir masih terpantau baik. Bahkan wajarnya, Wahyu menilai pergerakan komoditas energi atau minyak bergerak naik sebagai dampak dari Badai Laura tersebut.

"Tapi sepertinya investor masih mengalihkan perhatian mereka dari penghentian produksi ke permintaan penghancuran," kata Wahyu kepada Kontan (30/8). 

Wahyu mengakui, tren komoditas energi ke depan masih akan mengalami kenaikan meskipun cenderung tersendat. Dimana, meskipun harga minyak terus menanjak kemungkinan hanya akan berada di kisaran US$ 45 per barel.

Ditambah lagi, beberapa berita positif dinilai belum mampu untuk mendongkrak harga secara signifikan, khususnya harga minyak. Apalagi, bencana badai kali ini cukup berbeda dibandingkan bencana-bencana sebelumnya, lantaran hadirnya pandemi Covid-19 yang membuat permintaan terhadap komoditas energi juga ikut tertekan. 

"Tapi efeknya (Badai Laura) belum pasti, jadi potensi buruknya tidak bisa diabaikan juga," tambahnya. 

Baca Juga: 10 Saham ini naik signifikan sejak awal Agustus 2020, ini rekomendasi analis

Meskipun begitu, Wahyu menilai kenaikan harga komoditas energi di akhir pekan lalu dipicu sentimen bencana alam, yakni badai. Di sisi lain, melonjaknya harga gas alam di akhir pekan turut didukung cuaca musim panas yang berpotensi menekan jumlah rig produksi. 

Ke depan harga komoditas energi dijelaskan Wahyu masuk ke dalam tren reflationary trade, dimana investor cenderung mengejar aset yang berhubungan dengan pertumbuhan dan inflasi seperti saham, komoditas dan juga emas. "Minyak, tembaga, CPO, batubara dan bahkan gas alam lumayan rebound. Ini karena faktor harapan ekonomi dan gelontoran stimulus yang luar biasa," jelasnya. 

Dalam kondisi tersebut Wahyu menilai bahwa investor mencoba objektif dan terus menakar tingkat ketidakpastian kondisi global. Konsep tersebut juga tampak disetujui Bank Sentral AS (The Fed) yang mana dalam kebijakan strategis, mereka mengadaptasi moderasi terhadap isu inflasi. "Untuk itu, saya masih berpikir bahwa komoditas dan juga minyak akan menguat ke depannya," tandasnya. 

Prediksinya, di sisa 2020 harga batubara akan bergerak di kisaran US$ 50 per metrik ton hingga US$ 60 per metrik ton. Untuk akhir tahun, prediksinya berada di level US$ 55 per metrik ton, dengan kecenderungan konsolidasi dan mengikuti tren kenaikan harga komoditas energi. Sedangkan untuk harga gas alam diperkirakan berada dil level US$ 3,5 per mmbtu di akhir tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×